Search This Blog

Wednesday, March 28, 2012

SISTEM ISNAD DAN MATAN (Pengaruhnya Terhadap Pembagian Hadis)


 
SISTEM ISNAD DAN MATAN
(Pengaruhnya Terhadap Pembagian Hadis)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam makalah ini akan dibahas tentang unsur-unsur utama dalam hadis serta pengaruhnya terhadap pembagian hadis. Unsur-unsur terpenting yang terdapat dalam hadis antara lain sanad, rawi dan matan. Sebagian orang bingung melihat jumlah pembagian hadis yang banyak dan beragam. Tetapi kebingungan itu kemudian menjadi hilang setelah melihat pembagian hadis yang ternyata dilihat dari berbagai tinjauan dan berbagai segi pandang.
Hadis pada dasarnya di bagi menjadi dua yaitu menurut kualitas hadis dan kuantitas (jumlah) perawinya. Dari segi kualitas hadis di bagi menjadi hadis shahih, dha’if dan hasan. Masing-masing akan dijelaskan dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa unsur-unsur utama dalam hadis?
2.      Bagaimana pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap pembagian hadis?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Unsur-unsur Utama dalam Hadis
Unsur-unsur utama dalam Hadis dibagi menjadi 3 macam yaitu:
1.      Sanad
Sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matnu’l hadits kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
2.      Rawi
Rawi adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang(gurunya).[1]
3.      Matan
Matan adalah sabda nabi yang disebut setelah sanad atau penghubung sanad atau materi hadis.[2]
B.     Pengaruh Unsur-unsur Hadis terhadap Pembagian Hadis
Hadis dilihat dari unsur utamanya sangat beragam sekali, sehingga orang akan bingung seandainya tidak memahami unsur utama dalam hadis. Beragamnya hadis yang banyak kita jumpai itu, bisa kita kaji apakah hadis itu sahih, da’if ataupun hadis itu hasan.
Seperti hadis dilihat dari sisi perawinya ada dua yaitu menurut jumlah perawi dan menurut kualitas hadis.
1.      Jumlah Perawi
Hadis menurut jumlah perawinya terdiri atas:
a.       Hadis Mutawatir
Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak periwayat dalam setiap tingkatan satu dengan yang lainnya dan masing-masing periwayat tersebut semuanya adil yang tidak memungkinkan mereka itu semuanya sepakat berdusta atau bohong semuanya bersandar pada panca indra.
Sistem isnad danperawi dalam hadis ini adalah :
1)      Sistem isnad, Jumlah banyak pada setiap tingkatan (thabaqat) sanad dari awal sampai akhir sanad.[3]
2)      Sistem perawinya. Pertama, jumlah perawinya bayak hingga menurut akal dan kebiasan mustahil bersepakat untuk berdusta. Kedua, jumlah perawi(seperti yang disebut pada poin pertama) terdapat pada setiap generasi. Ketiga, hadis yang diriwayatkan bersifat mahshus.
b.      Hadis Ahad
Hadis ahad adalah hadis yang jumlah periwayatnya terbatas atau tidak banyak sebagaimana yang terjadi pada hadis mutawatir. Hadis ini hanya diriwayatkan satu, dua, tiga, empat dan lima yang tidak mencapai mutawatir.
Hadis ahad inilah yang memerlukan penelitian secara cermat apakah para perawinya adil atau tidak, sanadnya muttashil(bersambung) atau tidak, dan seterusnya yang nanti dapat menentukan tingkat kualitas suatu hadis apakah hadis tersebut sahih, hasan dan dha’if.[4]
Hadis ahad dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1)      Hadis Masyhur
Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir.[5]
2)      Hadis ‘Aziz
Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang, walaupun dua orang rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja, kemudian setelah itu, orang-orang pada meriwayatkanya.[6]
3)      Hadis Gharib
Hadis yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, dimana saja peyendirian dalam sanad itu terjadi.[7]
2.      Kualitas Hadis
Ditinjau dari kualitasnya hadis dibagi menjadi 3 yaitu:
a.       Hadis Shahih
Hadis shahih adalah hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan dhabit sampai akhirsanad, tidak terdapat kejanggalan dan kecacatan (syaz dan ‘illat).Sistem Isnad dan perawi pada hadis shahih adalah:
1)      Isnad (sanad) bersambung (musnad), bentuk-bentuk ‘illat dalam suatu hadis yaitu:Pertama, sanad yang tampat muttashil dan marfu’. Kedua, sanad yang tampat muttashil dan marfu’ akan tetapi muttashil dan mursal. Ketiga, terjadi pencampuran hadis dengan hadis lain. Keempat, terjadikesalahan penyebutan periwayat karena ada kemiripan nama periwayat sedangkan kualitasnya tidak siqat.
2)      Perawi. Pertama, perawinya harus ‘adil. Dengan syarat beragama Islam, Mukallaf, melaksanakan ketentuan agama dan memelihara mur’ah. Kedua, perawinya dhabit yaitu periwayat yang kuat hafalannya atas apa yang didengarnya dan mampumenyampaikan apa yang dihafalnya dengan baik kapan saja dan di mana saja.
b.      Hadis Hasan
Hadis hasan adalah hadis yang sanadnya bersambung, dinukil olehperiwayatnya yang adil namun tidak terlalu kuat hafalannya serta terhindar dari syadz dan ‘illat. Keadilan pada hadis hasan disandang oleh orang yang tidak begitu kuat ingatnya.[8]Hadis hasan juga hadis yang tidak berisi informasi yang bohong, tidak bertentangan dengan hadis lain dan Al-Qur'an dan informasinya kabur, serta memiliki lebih dari satu sanad. Hasan secara keseluruhan hampir sama dengan syarat-syarat hadits sahih. adapun 5 syarat hadits Hasan yaitu:
1)      sanadnya bersambung,
2)      diriwayatkan oleh rawi yang adil
3)      diriwayatkan oleh rawi yang hafal (dhabit), tapi tingkat kehafalannya masih dibawah hadits sahih,
4)      tidak bertentangan dengan hadits dengan rawi yang tingkat dipercayanya lebih tinggi atau Al-Qur'an,
5)      tidak terdapat cacat.
c.       Hadis dha’if
Hadis dha’if adalah hadis yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadis shahih dan syarat hadis hasan.
Sistem isnad, perawi dan matan
1)      Isnadnya terputus
                                                                                          a)            Mursal, yaitu hadis yang periwayat pertama di tingkat sahabat digugurkan atau tidak disebut namanya.
                                                                                         b)            Munaqati’, yaitu hadis yang periwayatnya gugur atau disebutkan periwayat yang jelas.
                                                                                          c)            Muldal. Yaitu hadis yang gugur periwayatnya sebabnya dua atau lebih periwayat secara berturut-turut.
                                                                                         d)            Mu’allaq, yaitu hadis yang dibuang di permulan sanadnya baik yang dibuang itu hanya seoramg maupun banyak.
                                                                                          e)            Mudallas, yaitu hadis yang disembunyikan aibnya.
2)      Perawi, dari segi ‘adil
                                                                                          a)            Maudul, hadisyang dibuat dan seakan-akan dari Rasulullah SAW.
                                                                                         b)            Matruk, hadis yang ditinggalkan karena diriwayatkan oleh seorang periwayat yang tertuduh dusta dan nampak kefasikannya.
3)      Dari segi dhabit,
                                                                                                      a)            Munkar, hadis yang hanya diriwayatkan secara sendirian oleh periwayat yang lemah dan periwayat lainnya tidak meriwayatkan atau periwayatannya yang diriwayatkan oleh perriwayat yang lemahdan menyalahi periwayat lain yang leibih siqat.
                                                                                                     b)            Mu’allal, hadis yang megandung cacat yang dapat menodai keshahihan.
                                                                                                      c)            Mudraj, hadis yang sanad atau matannyaterdapat suatu tambahan.
                                                                                                     d)            Maqlub, hadis yang terbalik lafalnya pada matan, nama seseorang atau nasabnya dalam sanad.
                                                                                                      e)            Mazid fi muttasil al-asanid, adanya penambahan periwayat tertentu dalam suatu sanad.
                                                                                                      f)            Mudtorib, hadis yang didalamnya masih terdapat perselisihan.
                                                                                                     g)            Syadz, hadis yang diriwayatkan oleh seorangkepercayaan yang periwayatnya berlawanan dengan riwayat orang banyak yang dipercaya juga baik dengan cara menambah maupun menguranginya.
Hadis ditijau dari segi ketersambungan sanad terbagi menjadi 2 macam yaitu:
a.       Hadis Muttashil atau Mawshul
Hadis Muttashiladalah hadis yang bersambung sanadnya, baik periwayatnya itu datang dari Nabi Muhammad SAW ataupun dari  seorang sahabat bukan dari tabi’in.[9]
b.      Hadis Musnad
Hadis Musnad adalah hadis yang bersambung sanadnya dari awal sampai akhir, tetapi sandarannya kepada Nabi tidak pada sahabat dan tidak pula tabi’in.[10]


BAB III
PENUTUP
Unsur-unsur utama dalam hadis antara lain sanad, rawi dan matan. Ketiganya memiliki perbedaan. Sanad atau isnad adalah jalan yang dapat menghubungkan matnu’l hadits kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.Rawi adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Sedangkan Matan adalah sabda nabi yang disebut setelah sanad atau penghubung sanad atau materi hadis. Dari ketiga unsur tersebut akan berpengaruh terhadap pembagian hadis. Hadis-hadis itu adalah hadis shahih, hasan, dha’if, mutawatir dan ahad.


DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid Khon. 2009.Ulumul Hadis.Jakarta: Amzah.
Fatchur Rahman.1970. Ikhtisar Mushthalahu’l Hadis.Bandung: Al Ma’arif.
Pokja Akademik.2005. Al-Hadis, Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
R. Subhi As-Shalih. 1993. Membahas Ilmu-ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus.



[1] Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahu’l Hadis, (Bandung: Al Ma’arif, 1970), hlm. 29.
[2] Pokja Akademik, Al-Hadis, (Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga,2005), hlm. 85.
[3] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 132.
[4]Ibid., hal. 138.
[5] Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahu’l Hadis, (Bandung: Al Ma’arif, 1970), hlm. 86.
[6] Ibid., 93.
[7] Ibid., 97.
[8]R. Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Hadis, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993). hal. 142.
[9] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 233.
[10] Ibid., 234.

No comments:

Post a Comment