Search This Blog

Sunday, April 15, 2012

KERAJAAN MATARAM KUNO PERIODE JAWA TENGAH



Kerajaan Mataram (atau sering juga disebut Kerajaan Medang, Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Mataram akhirnya runtuh pada awal abad ke-11. Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai Kerajaan Mataram pada periode jawa tengah ketika wangsa sailendra dan wangsa sanjaya berkuasa.
 Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah terdiri dari dua  wangsa (keluarga), yaitu Wangsa Sailendra dan Wangsa Sanjaya.
A.    Wangsa Sailendra dan Wangsa Sanjaya
Wangsa Sailendra berkuasa sejak tahun 752 M. Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana pada masa akhir perkembanganya. Demikian pula dengan bangunan-bangunan seperti Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Sewu ada hubunganya dengan Raja Sailendra yang beragama budha ini. Kedudukan Sailendra sebelum mendesak kedudukan Sanjaya tidak diketahui dengan pasti.
Pendesakan ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Wisnu. Puncak kejayaan Dinasti Sailendra terjadi pada masa pemerintahan Raja Indra. Mataram Lama menjadi kerajaan agromaritim. Artinya, mereka tidak hanya mengutamakan bidaang pertanian, tetapi juga bergerak di bidang pelayaran dan perdagangan. Pengganti Indra adalah Samarattungga yang berhasil membangun Candi Borobudur. Kemunduran Dinasti Sailendra tampaknya terjadi pada masa pemerintahan Samarattungga. Demi menyelamatkan kedudukannya, Samarattungga mengadakan perkawinan politik antara Pramodhawardani dengan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya. Perkawinan ini ditentang oleh Balaputradewa.
Sepeninggal Samarattungga, di Mataram terjadi perang saudara antara Rakai Pikatan dengan Balaputradewa. Balaputradewa adalah putra lain dari Samarattungga. Perang ini terjadi karena Balaputadewa merasa lebih berhak atas tahta kerajaan dari pada Rakai Pikatan. Perang ini terjadi pada tahun 856 M. Balaputradewa mengalami kekalahan. Akhirnya Balaputradewa melarikan diri ke Sumatera dan menjadi Raja Sriwijaya. Jadi, sejak saat itu berakhirlah kekuasaan Dinasti Sailendra di Mataram. Lalu, Dinasti Sanjaya berkuasa kembali. Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan, wilayah Mataram meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Beliau mendirikan bangunan suci untuk agama Hindu dan Budha, antara lain Candi Plaosan dan Candi Prambanan.
Rakai Pikatan digantikan oleh Rakai Kayuwangi (856-882). Beliau beragama Hindu Syiwa. Beliau digantikan oleh Rakai Watuhumalang, tetapi kurang dikenal karena tidak banyak prasasti yang ditinggalkannya. Beliau digantikan oleh Raga Balitung (898 - 915 M) dengan gelar Watukumara. Pada masa pemerintahan Balitung banyak ditemukan prasasti-prasasti yang ada di Jawa Tengah. Raja Balitung membangun juga kompleks Candi Prambanan yang sudah dirintis oleh Rakai Pikatan. Pembangunannya baru selesai pada masa pemerintahan Daksa (pengganti Balitung). Pada tahun 915 M, Raja Balitung digantikan oleh Daksa, yang memegang pemerintahan hingga tahun 919 M. Daksa digantikan oleh Raja Tulodong. Pemerintahan Raja Daksa dan Tulodong tidak begitu jelas, karena sedikit prasasti yang ditinggalkan. Raja Tulodong adalah raja terakhir yang meninggalkan prasasti-prasasti di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pengganti Tulodong adalah Raja Wawa dengan gelar Srijayalokanamottungga. Raja Wawa memerintah pada tahun 921 M sampai 928 M.



B.   Perkembangan kerajaan dan hasil budaya
Dari perkembangan kerajaan ini dapat diambil beberapa aspek yaitu:
1.      Aspek Kehidupan Politik
Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno menjalin kerjasama dengan kerajaan tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam dan India. Selain itu, Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik. Misalnya pada masa pemerintahan Samaratungga yang berusaha menyatukan kembali Wangsa Sailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang bernama Pramodyawardhani (Wangsa Sailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya). Wangsa Sanjaya merupakan penguasa awal di Kerajaan Mataram Kuno, sedangkan Wangsa Sailendra muncul setelahnya yaitu mulai akhir abad ke-8 M. Dengan adanya perkawinan politik ini, maka jalinan kerukunan beragama antara Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Buddha (Wangsa Sailendra) semakin erat.
2.      Aspek Kehidupan Sosial
Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktik keagamaannya terdiri atas agama Hindu dan agama Buddha, masyarakatnya tetap hidup rukun dan saling bertoleransi. Sikap itu dibuktikan ketika mereka bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur. Masyarakat Hindu yang sebenarnya tidak ada kepentingan dalam membangun Candi Borobudur, tetapi karena sikap toleransi dan gotong royong yang telah mendarah daging turut juga dalam pembangunan tersebut.
Keteraturan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga dibuktikan adanya kepatuhan hukum pada semua pihak. Peraturan hukum yang dibuat oleh penduduk desa ternyata juga dihormati dan dijalankan oleh para pegawai istana. Semua itu bisa berlangsung karena adanya hubungan erat antara rakyat dan kalangan istana.
3.      Aspek Kehidupan Ekonomi
Pusat kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah sungai Progo, meliputi daratan Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Daerah itu amat subur sehingga rakyat menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya. Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa. Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai tersebut. Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri sungai tersebut dibebaskan dari pungutan pajak. Lancarya pengangkutan perdagangan melalui sungai tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.
4.      Aspek Kehidupan Kebudayaan Hindu-Buddha
Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti peniggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal (tahun 732 M), prasasti Kelurak (tahun 782 M), dan prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga dibangun candi Hindu, seperti candi Bima, candi Arjuna, candi Nakula, candi Prambanan, candi Sambisari, candi Ratu Baka, dan candi Sukuh. Selain candi Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya candi Borobudur, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, dan candi Mendut. Mereka juga telah mengenal bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Selain itu, masyarakat kerajaan Mataram Kuno juga mampu membuat syair.
5.      Hasil budaya dan peninggalan
Dari hasil budaya dan peninggalanya kerajaan ini meningalkan berbagai prasasti dan hasil budaya yang sampai sekarang masih ada :
a.       Candi-Candi Dan Prasasti Peninggalan Mataram Kuno
Mataram kuno terdiri dari dua Dinasti besar yang masih berhubungan, yaitu dinasti Sanjaya dan dinasti Sailendra. Banyak peninggalan-peninggalan yang bersejarah dari dua kerajaan tersebut. Beberapa candi yang terkenal bercorak Hindu dan Buddha. Bukan hanya candi saja bukti sejarah kerajaan mataram dinasti sanjaya dan dinasti sailendra tetapi  juga bukti-bukti penemuan prasasti.
1)      Candi-Candi Bercorak Hindu
Peninggalan bangunan suci dari keduanya antara lain ialah Candi Gedong Songo, kompleks Candi Dieng, Candi Siwa, Candi Brahma, Candi Wisnu, Candi Sukuh, Candi Boko dan kompleks Candi Prambanan yang berlatar belakang Hindu.
2)       Candi-Candi Bercorak Buddha
Adapun yang berlatar belakang agama Buddha antara lain ialah Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Plaosan, Candi Sojiwan, Candi Pawon, Candi Sari.
b.      Prasasti
1)      Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya dengan berangka tahun berbentuk Candrasengkala berbunyi Srutiindriyarasa atau tahun 654 Saka 732 M berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Isi pokok Prasasti Canggal adalah pendirian sebuah lingga di Bukit Stirangga buat keselamatan rakyatnya.
2)      Prasasti Balitung yang berangka tahun 907 M disebutkan nama keluarga raja-raja keturunan Sanjaya memuat nama Panangkaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada waktu itu Dinasti Sanjaya dan Sailendra  sama-sama berperan di Jawa Tengah. Dinasti Sanjaya dibagian utara dengan mendirikan candi Hindu seperti Gedong Sanga di Ungaran, Candi Dieng di DataranTinggi Dieng. Adapun Dinasti Sailendra dibagian selatan dengan mendirikan candi Buddha, seperti Borobudur,  Mendut, dan Kalasan.
3)      Prasasti Kelurak (di daerah Prambanan) tahun 782 disebutkan tentang pembuatan Arca Manjusri sebagai perwujudan Buddha, Dharma, dan Sanggha yang dapat disamakan dengan Brahma, Wisnu, dan Siwa. Mungkin sekali bangunan sucinya ialah Candi Lumbung yang terletak di sebelah utara Prambanan. Raja yang memerintah pada waktu itu ialah Indra. Pengganti Indra yang terkenal ialah Smaratungga yang dalam pemerintahannya mendirikan Candi Borobudur tahun 824.
4)      Prasasti Mantyasih atau Prasasti Kedu yang dibuat oleh Raja Balitung. Prasasti itu menyebutkan bahwa sanjaya adalah raja pertama (Wangsakarta) dengan ibu kota kerajaannya di Medangri Poh Pitu.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kerajaan Mataram berada di dua daerah yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kerajaaan mataram kuno terdiri dari dua dinasti besar yaitu Sanjaya dan Sailendra. Dua dinasti tersebut banyak meninggalkan benda-benda bersejarah diantarannya berupa Candi-Candi yang bercorak Hindu dan Buddha serta beberapa Prasasti. Puncak kejayaan Dinasti Sailendra terjadi pada masa pemerintahan Raja Indra.  Yaitu ketika kerajaan Mataram kuno menjadi kerajaan agromaritim. Karena raja ini tidak hanya mengutamakan bidang pertanian, tetapi juga bergerak di bidang pelayaran dan perdagangan.

           
Daftar Pustaka

Ageng Pangestu Rama. 2007. Kebudayaan Jawa Ragam Hidup Kraton dan Masyarakat di Jawa 1222-1998. Yogyakarta: Cahaya Ningrat.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1992. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Munir, 2012. “Kerajaan Mataram Kuno”. Dalam http://msmunir.batan.go.id/sejarah_kediri/mataram.html diunduh Sabtu, 15 April 2012, Puku 12:16 WIB.
Mustafa, Shodiq. 2007. Wawasan Sejarah 2 Indonesia dan Dunia. Solo: Tiga Serangkai.
Wikipedia, 2012. “Wangsa Sailendra dan Wangsa Sanjaya”. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/ diunduh Sabtu, 15 April 2012, Puku 12:16 WIB.



No comments:

Post a Comment