Search This Blog

Saturday, March 10, 2012

MAKALAH TAJKIYATUN NAFSI


MAKALAH
TAJKIYATUN NAFSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf Semester 1
Di Ajukan Kepada : Dr. Ali Sodiqin






Oleh :

Muhamadi 11120093


JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011

BAB I
PENDAHULUAN
Tazkiyatun Nafsi merupakan hal yang penting yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, sudah sepatutnya kita teladani dan kita amalkan. diskusi ini akan menjelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan Tazkiyatun Nafsi itu. Diskusi akan membahas pngertian, sarana Tazkiyatun Nafsi, dan hasil dari Tazkiyatun Nafsi.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tazkiyatun Nafsi
Tazkiyatul Nafsi  termasuk misi para Rasul, sasaran orang-orang yang bertaqwa, dan menentukan keselamatan atau kecelakaan disisi Allah. Tazkiyah secara etimologis punya dua makna : penyucian dan pertumbuhan. Demikian pula maknanya secara istilah. Zakiyatun nafsi artinya penyucian (tathahur) jiwa dari segala penyakit dan cacat,  merealisikan (tahaquq) berbagai maqam padanya, dan menjadikan asma’ dan sifat Allah sebagai akhlaknya (takhaluq). Dengan demikian tazkiyah adalah tathahur, tahaquq dan takhaluq. [1] Dampak dan pengaruhnya akan tampak pada perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan Allah dan makhluk lainya sesuai dengan perintah Allah.
Tajkiyah hati dan jiwa hanya bisa dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai, seperti shalat, infaq, puasa, haji, dzikir. Fikir, tilawah al-Qur’an dan renungan. Pada saat itulah terealisir dalam hati sejumlah makna dan dampak bagi seluruh anggota badan seperti lisan, mata, telinga dan lainya. Hasil yang paling nyata ialah adab dan mu’amalah yang baik kepada Allah dan manusia. Kepada Allah berupa pelaksanaan hak-haknya termasuk didalamnya adalah jihad di jalanya-Nya. Sedangkan kepada manusia, sesuai dengan ajaran, tuntutan maqam, dan taqlif Ilahi.
Dampak lain yang dapat dirasakan adalah terealisirnya tauhid, ikhlas, sabar, syukur, harap, santun, jujur kepada Allah dan cinta kepadaNya, di dalam hati. Dan terhindarkanya dari hal-hal yang bertentangan dengan semua hal seperti riya’, ‘ujub, ghurur, marah karena nafsu atau karena syetan. Dengan demikian jiwa menjadikan tersucikan lalu hasil-hasilnya nampak pada terkendalinya anggota badan sesuai dengan perintah Allah dalam berhubungan dengan keluarga, tetangga, masyarakat dan manusia.

B.     Sarana Tazkiyatun Nafsi
Yang dimaksud dengan sarana tazkiyah ialah berbagai amal perbuatan yang mempengaruhi jiwa secara langsung dengan menyembuhkanya dari penyakit, membebaskanya dari “tawanan” atau merealisasikan akhlak padanya. Semua hal ini bisa terhimpun dalam suatu amal perbuaatan.
Dalam sarana Tazkiyah, ada berbagai amal perbuatan yang memberikan dampak pada jiwa ini sehingga dengan perbuatan tersebut jiwa terbebas dari penyakit atau mencapai maqam keimanan atau akhlak Islami.
     Ada beberapa saran dalam Tazkiyah yaitu :
1.      Shalat
    Shalat adalah sarana tazkiyah dan merupakan wujud tertinggi dari ‘ubudiyah dan rasa syukur. Shalat dapat membebaskan manusia dari sifat sombong kepada Allah Tuhan semesta, dan pada saat yang sama bisa menerangi hati lalu memantul pada jiwa denga memberikan dorongan untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar.      
    Fitrah manusia bisa terkontaminasi oleh najis ma’nawi yaitu suatu kotoran yang diartiakan dari hakekatnya seperti kemusyrikan, seperti dalam al-Qur’an menyatakan “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan”.[2]
    Allah telah menjadikan pada manusia kesiapan untuk berakhlak dengan berbagai kesempurnaan, seperti santun dan kasih sayang, dan mejadikan untuknya beberapa sifat seperti mendengar dan melihat.
    Berbagai taklif Ilahi tercurahkan untuk kemaslahatan untuk kemaslahatan individu dan masyarakat. Sementara itu tidak ada kemaslahatan bagi individu dan masyarakat kecuali dengan menyucikan jiwa individu. Oleh karena itu diantara taklif Ilahi yang terpenting adalah apa yang bisa membersihkan hati.
    Titik awal dan Akhir dalam taklif Ilahi adalah tauhid yang membersihkan dari barbagai karat kemusyrikan dan berbagai akibatnya seperti ‘ujub, ghurur, dengki dan lain sebagainya. Sesuai dengan sejauh mana tauhid itu tertanam dalam jiwa sejauh itu pula jiwa akan tersucikan dan memetik bebrbagai buah tauhid seperti sabar, syukur, ‘ubudiyah, tawakal, takut, harap, ikhlas, jujur dan lain sebagainya.
    Oleh karena itu, kami menjadikan sarana pertama dalam tazkiyah adalah shalat. Shalat berikut sujud, ruku’, dan dzikirnya membersihkan jiwa dari kesombongan kepada Allah dan mengingatkan jiwa agar istiqamah diatas perintahNya: ”Sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar”.[3] Jadi shalat salah satu sarana tazkiiyah.

2.      Zakat dan Infaq
    Zakat dan Infaq bisa membersihkan jiwa dari bakhil dan kikir. Dan menyadarkan manusia bahwa pemilik harta yang sebenarnya adalah Allah. Oleh sebab itu, kedua ibadah ini termasuk dalam bagian dari tazkiyah, “Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah)  untuk membersihkanya”.[4]

3.      Puasa
    Puasa merupakan pembiasaan jiwa untuk mengendalikan syahwat dan kemaluan, sehingga dengan demikian ia termasuk sarana tazkiyah, “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.[5]
    Tujuan dari puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar dari mulai terbit fajar sampai matahari tenggelam, namun lebih dari itu, yaitu melatih kesabaran dan mengekang hawa nafsu dari keinginan-keinginan  nafsu duniawi. Sehingga dengan berpuasa setiap hamba dapat mendekatkan diri pada Allah dengan khusyu’ tanpa terbebani keinginan-keingian duniawi.

4.      Dzikir dan Pikir
    Membaca Al Qur’an dapat megingatkan jiwa kepada berbagai kesempurnaan, karenanya ia merupakan salah satu jenis dzikir dan merupakan sarana tazkiyah, “dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Nya, bertambahlah iamn mereka (karenanya)”.[6]
    Berbagai dzikir yang bisa memperdalam iman dan tauhid di dalam hati, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”.[7] Dengan demikian jiwa bisa mencapai derajat tazkiyah yang tinggi.
    Dzikir dan pikir adalah dua sejoli yang dapat membukakan hati manusia untuk menerima ayat-ayat Allah. Oleh karena itu tafakkur termasuk sarana tazkiyah, dan munculah nilai-nilai dalam hati tidak lain adalah melalui perpaduan antara dzikir dan pikir.

5.      Mengingat Kematian
    Kadang jiwa manusia ingin menjauh dari pintu Allah, bersikap sombong, sewenang-wenang atau lalai, maka mengingat kematian akan dapat mengendalikannya lagi kepada ‘ubudiyah-Nya dan menyandarkan bahwa ia tidak memiliki daya sama sekali, “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikiat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibanya”.[8] Oleh karena itu, mengingat kematian merupakan salah satu sarana tazkiyah.
6.      Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
    Tidak ada hal yang sedemikian efektif untuk menanamkan kebaikan ke dalam jiwa sebagaimana perintah untuk melakukan kebaikan, dan tidak ada hal yang sedemikian efektif untuk menjauhkan jiwa dari keburukan sebagaimana larangan darinya. Oleh karena itu, amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan salah satu sarana tazkiyah, bahkan orang-orang yang tidak memerintahkan yang ma’ruf dan tidak mencegah kemungkaran berhak mendapat laknat.
    Demikian pula jihad karena ia merupakan bentuk pengukuhan kebaikan dan pengikisan kemungkaran. Oleh karena itu, mati syahid di jalan Allah adalah penghapus dosa. Orang yang berjihad di jalan Allah terbebas secara langsung dari rasa takut dan kikir karena ia menerjang kematian dengan niat menjual dirinya kepada Allah,”sesunguhnya Allah telah membelikan dari orang-orang mukmim diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh”.[9]
    Jadi jihad adalah adalah salah satu sarana tazkiyah, bahkan merupakan sarana paling tinggi dan tidak dapat melakukanya pada ghalibnya kecuali orang yang tersucikan jiwanya.
    Itulah berbagai induk sarana tazkiyah secara umum. Jika semua terlaksana semakin sempurna pula hasil-hasilnya, dan sebaliknya kenikmatan di dunia dan di akherat.

C.    Hasil Tazkityatun Nafsi
  Aktifitas-aktifitas tazkiyat yang dapat mencontoh Rasulullah saw ini dapat menghasilkan buah-buah ‘amaliyah, buah-buah ini disebut Tsamaratut-Tazkiyyah, yaitu :
1.    Dhabatul-Lisan (Lisan yang terkontrol)
         Rasulullah menjadikan lurusanya lisan sebagai syarat bagi lurusnya hati, dan menjadikan lurusnya hati sebagai syarat lurusnya iman. Sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:
لا يستقيم إيمان عبد حتى يستقيم قلبه ولا يستقيم حتى يستيم لسانه
Artinya :
         Keimanan seseorang hamba tidak akan lurus sebelum lurus hatinya, dan hatinya tidak akan lurus sebelum lurus lisanya (HR Anas bin Malik).
Selanjutnya Rasulullah bersabda:
من كان يؤمن باالله واليوم الأ خرفليقل خرأوليصمت
Artinya :
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.
Hadis ini memuat perintah Rasulullah untuk berbicara yang baik-baik atau diam jika pembicaraan itu tidak baik (tidak bermanfaat). Apabila perintah Rasulullah ini dilaksanakan maka akan dapat memetik buah dari tazkiyah, yaitu seorang muslim dapat mengontrol lisanya sehingga ia akan senantiasa terjaga lisanya dari perkataan tidak baik.
2.    Iltizam Bi Adabil ‘Ilaqat (komitmen dengan adab-adab pergaulan)
         Hasil lain dari tazkiyah yang dapat diperik adalah berkomitmen dengan adab-adab pergaulan. Ada 4 (empat) macam klasifikasi manusia dalam pergaulan, yaitu:[10] 
a)      Segolongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi makanan yang bergizi. Ia dibutuhkan siang dan malam. Jika seseorang telah menyelesain keperluanya ia ditinggal, dan jika diperlukan lagi ia didatangi, demikian seterusnya. Mereka adalah para ulama, ahli marifatullah, memahami perintah-perintahNya, mengerti tipu daya musuh-musuhNya, dan memiliki ilmu tentang penyakit-penyakit hati serta obatnya. Mereka adalah keberuntungan yang nyata.
b)      Segolongan orang yang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi obat. Ia dibutuhkan dikala sakit, selama sehat tidak diperlukan pergaulan dengan mereka. Mereka adalah para profesional dalam urusan muamalat, bisnis dan yang semisalnya. Bergaul dengan orang-orang seperti ini dapat membawa urusan ma’siyah menjadi lancar.
c)      Segolongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi penyakit. Ada penyakit ganas yang memakan waktu lama untuk disembuhkan. Orang yang semacam ini tidak membawa keuntungan dunia ataupun akhirat.
d)     Segolongan orang yang bergaul dengan mereka adalah kebinasaan total. Mereka ibarat racun. Jika seseorang tidak sengaja memakanya itupun sudah suatu kerugian. Golongan ini banyak sekali, mereka adalah ahli bid’ah dan kesesatan, penghalang sunnah Rasulullah penyeru kepada perselisihan. Bergaul dengan mereka juga membawa kerugian dunia dan akhirat.
         Dengan tazkiyah ini seorang muslim dapat menentukan batasan-batasan dalam pergaulan, dimana ia bisa menempatkan diri dalam golongan pergaulan yang membawa keselamatan dunia dan akhirat.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Tazkiyatun Nafsi sesuatu yang membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran penyakit hati yang merupakan salah satu misi utama para Rasul Allah.
2.      Tajkiyah hati dan jiwa hanya bisa dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai, seperti shalat, infaq, puasa, haji, dzikir. Fikir, tilawah al-Qur’an dan renungan. Maka dampak yang akan kits dapatkan adalah terealisirnya tauhid, ikhlas, sabar, syukur dan santun.
3.      Ada beberapa sarana dalam tazkiyah yaitu : shalat, zakat dan infaq, puasa dzikir dan pikir, mengingat kematian, dan amar ma’ruf nahi munkar.
4.      Adapun hasilnya dari Tazkiyatun Nafsi : lisan yang terkontrol dan komitmen adab-adab pergaulan.


Daftar Pustaka
Ibnu Qayyim al-Jauziah dkk, Tazkiyatun Nufus, Ter. Imtihan asy-Syaafi’l, solo: Pustaka Arafah, 2001
Al-Qur’an dan Terjemah, Op. Cit.
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Medinah Munawwarah : Mujamma’ Khadim al-Haramain asy-Syafain al-Malik Fahd li thiba’at al-Mushshaf asy-Syarif, 1971 (1412 H).
Pokja Akademik. Akhlak Tasawuf. 2005. Yogyakarta: Penerbit UIN Sunan Kalijaga.


[1] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Medinah Munawwarah : Mujamma’ Khadim al-Haramain asy-Syafain al-Malik Fahd li thiba’at al-Mushshaf asy-Syarif, 1971 (1412 H), hal. 1064.
[2] Al-Qur’an dan Terjemah, Op. Cit. Hal. 469. Q.S Maryam ayat 59
[3] Ibid., hal. 225. Q.S Al-Ankabut ayat 25.
[4] Ibid., hal. 564. Q.S. Al-Lail ayat 18
[5] Ibid., hal. 43. Q.S Al-Baqarah ayat 28.
[6] Ibid., hal. 211. Q.S Anfal ayat 28.
[7] Ibid., hal. 433. Q.S Ar-Rad ayat 28
[8] Ibid., hal.285 Q.S A’raf ayat 185
[9] Ibid., hal 282. Q.S. At-Taubah ayat 111
[10] Ibnu Qayyim al-Jauziah dkk, Tazkiyatun Nufus, Ter. Imtihan asy-Syaafi’l, solo: Pustaka Arafah, 2001, hal. 35-36

No comments:

Post a Comment