SISTEM
ISNAD DAN MATAN
(Pengaruhnya
Terhadap Pembagian Hadis)
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
makalah ini akan dibahas tentang unsur-unsur utama dalam hadis serta
pengaruhnya terhadap pembagian hadis. Unsur-unsur terpenting yang terdapat
dalam hadis antara lain sanad, rawi dan matan. Sebagian orang bingung melihat
jumlah pembagian hadis yang banyak dan beragam. Tetapi kebingungan itu kemudian
menjadi hilang setelah melihat pembagian hadis yang ternyata dilihat dari
berbagai tinjauan dan berbagai segi pandang.
Hadis
pada dasarnya di bagi menjadi dua yaitu menurut kualitas hadis dan kuantitas
(jumlah) perawinya. Dari segi kualitas hadis di bagi menjadi hadis shahih,
dha’if dan hasan. Masing-masing akan dijelaskan dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
unsur-unsur utama dalam hadis?
2. Bagaimana
pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap pembagian hadis?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Unsur-unsur Utama dalam Hadis
Unsur-unsur
utama dalam Hadis dibagi menjadi 3 macam yaitu:
1. Sanad
Sanad adalah jalan yang
dapat menghubungkan matnu’l hadits kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
2. Rawi
Rawi adalah orang yang
menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan
diterimanya dari seseorang(gurunya).[1]
3. Matan
Matan adalah sabda nabi
yang disebut setelah sanad atau penghubung sanad atau materi hadis.[2]
B.
Pengaruh Unsur-unsur Hadis terhadap
Pembagian Hadis
Hadis
dilihat dari unsur utamanya sangat beragam sekali, sehingga orang akan bingung
seandainya tidak memahami unsur utama dalam hadis. Beragamnya hadis yang banyak
kita jumpai itu, bisa kita kaji apakah hadis itu sahih, da’if ataupun hadis itu
hasan.
Seperti
hadis dilihat dari sisi perawinya ada dua yaitu menurut jumlah perawi dan
menurut kualitas hadis.
1. Jumlah
Perawi
Hadis menurut jumlah perawinya terdiri
atas:
a. Hadis
Mutawatir
Mutawatir adalah hadis
yang diriwayatkan oleh banyak periwayat dalam setiap tingkatan satu dengan yang
lainnya dan masing-masing periwayat tersebut semuanya adil yang tidak
memungkinkan mereka itu semuanya sepakat berdusta atau bohong semuanya
bersandar pada panca indra.
Sistem isnad danperawi dalam
hadis ini adalah :
1) Sistem
isnad, Jumlah banyak pada setiap tingkatan (thabaqat) sanad dari awal sampai
akhir sanad.[3]
2) Sistem
perawinya. Pertama, jumlah perawinya
bayak hingga menurut akal dan kebiasan mustahil bersepakat untuk berdusta. Kedua, jumlah perawi(seperti yang
disebut pada poin pertama) terdapat pada setiap generasi. Ketiga, hadis yang diriwayatkan bersifat mahshus.
b. Hadis
Ahad
Hadis ahad adalah hadis
yang jumlah periwayatnya terbatas atau tidak banyak sebagaimana yang terjadi
pada hadis mutawatir. Hadis ini hanya diriwayatkan satu, dua, tiga, empat dan
lima yang tidak mencapai mutawatir.
Hadis ahad inilah yang
memerlukan penelitian secara cermat apakah para perawinya adil atau tidak,
sanadnya muttashil(bersambung) atau
tidak, dan seterusnya yang nanti dapat menentukan tingkat kualitas suatu hadis
apakah hadis tersebut sahih, hasan dan dha’if.[4]
Hadis ahad dibagi
menjadi 3 bagian yaitu :
1) Hadis
Masyhur
Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang
atau lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir.[5]
2) Hadis
‘Aziz
Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang,
walaupun dua orang rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja, kemudian
setelah itu, orang-orang pada meriwayatkanya.[6]
3) Hadis
Gharib
Hadis yang dalam sanadnya terdapat
seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, dimana saja peyendirian dalam sanad
itu terjadi.[7]
2. Kualitas
Hadis
Ditinjau dari kualitasnya hadis dibagi
menjadi 3 yaitu:
a. Hadis
Shahih
Hadis shahih adalah
hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan
dhabit sampai akhirsanad, tidak terdapat kejanggalan dan kecacatan (syaz dan
‘illat).Sistem Isnad dan perawi pada hadis shahih adalah:
1) Isnad
(sanad) bersambung (musnad), bentuk-bentuk ‘illat dalam suatu hadis yaitu:Pertama, sanad yang tampat muttashil dan marfu’. Kedua, sanad yang
tampat muttashil dan marfu’ akan tetapi muttashil dan mursal.
Ketiga, terjadi pencampuran hadis
dengan hadis lain. Keempat, terjadikesalahan
penyebutan periwayat karena ada kemiripan nama periwayat sedangkan kualitasnya
tidak siqat.
2) Perawi.
Pertama, perawinya harus ‘adil.
Dengan syarat beragama Islam, Mukallaf, melaksanakan ketentuan agama dan
memelihara mur’ah. Kedua, perawinya
dhabit yaitu periwayat yang kuat hafalannya atas apa yang didengarnya dan
mampumenyampaikan apa yang dihafalnya dengan baik kapan saja dan di mana saja.
b. Hadis
Hasan
Hadis hasan adalah hadis yang sanadnya
bersambung, dinukil olehperiwayatnya yang adil namun tidak terlalu kuat
hafalannya serta terhindar dari syadz dan ‘illat. Keadilan pada hadis hasan
disandang oleh orang yang tidak begitu kuat ingatnya.[8]Hadis hasan
juga hadis yang tidak berisi informasi yang bohong, tidak bertentangan dengan
hadis lain dan Al-Qur'an dan
informasinya kabur, serta memiliki lebih dari satu sanad. Hasan secara
keseluruhan hampir sama dengan syarat-syarat hadits sahih. adapun 5 syarat
hadits Hasan yaitu:
1)
sanadnya bersambung,
3) diriwayatkan
oleh rawi yang hafal (dhabit), tapi tingkat kehafalannya masih dibawah hadits sahih,
4) tidak
bertentangan dengan hadits dengan rawi yang tingkat dipercayanya lebih tinggi
atau Al-Qur'an,
5) tidak
terdapat cacat.
c. Hadis
dha’if
Hadis dha’if adalah
hadis yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadis shahih dan syarat
hadis hasan.
Sistem isnad, perawi dan matan
1) Isnadnya
terputus
a)
Mursal, yaitu hadis yang periwayat
pertama di tingkat sahabat digugurkan atau tidak disebut namanya.
b)
Munaqati’, yaitu hadis yang periwayatnya
gugur atau disebutkan periwayat yang jelas.
c)
Muldal. Yaitu hadis yang gugur
periwayatnya sebabnya dua atau lebih periwayat secara berturut-turut.
d)
Mu’allaq, yaitu hadis yang dibuang di
permulan sanadnya baik yang dibuang itu hanya seoramg maupun banyak.
e)
Mudallas, yaitu hadis yang disembunyikan
aibnya.
2) Perawi,
dari segi ‘adil
a)
Maudul, hadisyang dibuat dan seakan-akan
dari Rasulullah SAW.
b)
Matruk, hadis yang ditinggalkan karena
diriwayatkan oleh seorang periwayat yang tertuduh dusta dan nampak
kefasikannya.
3) Dari
segi dhabit,
a)
Munkar, hadis yang hanya diriwayatkan
secara sendirian oleh periwayat yang lemah dan periwayat lainnya tidak
meriwayatkan atau periwayatannya yang diriwayatkan oleh perriwayat yang
lemahdan menyalahi periwayat lain yang leibih siqat.
b)
Mu’allal, hadis yang megandung cacat
yang dapat menodai keshahihan.
c)
Mudraj, hadis yang sanad atau
matannyaterdapat suatu tambahan.
d)
Maqlub, hadis yang terbalik lafalnya
pada matan, nama seseorang atau nasabnya dalam sanad.
e)
Mazid fi muttasil al-asanid, adanya
penambahan periwayat tertentu dalam suatu sanad.
f)
Mudtorib, hadis yang didalamnya masih
terdapat perselisihan.
g)
Syadz, hadis yang diriwayatkan oleh
seorangkepercayaan yang periwayatnya berlawanan dengan riwayat orang banyak
yang dipercaya juga baik dengan cara menambah maupun menguranginya.
Hadis
ditijau dari segi ketersambungan sanad terbagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Hadis
Muttashil atau Mawshul
Hadis Muttashiladalah hadis yang bersambung sanadnya, baik periwayatnya
itu datang dari Nabi Muhammad SAW ataupun dari
seorang sahabat bukan dari tabi’in.[9]
b. Hadis
Musnad
Hadis Musnad adalah hadis yang bersambung sanadnya dari awal sampai
akhir, tetapi sandarannya kepada Nabi tidak pada sahabat dan tidak pula
tabi’in.[10]
BAB
III
PENUTUP
Unsur-unsur
utama dalam hadis antara lain sanad, rawi dan matan. Ketiganya memiliki
perbedaan. Sanad atau isnad adalah jalan yang dapat menghubungkan matnu’l
hadits kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.Rawi adalah orang yang
menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan
diterimanya dari seseorang (gurunya). Sedangkan Matan adalah sabda nabi yang
disebut setelah sanad atau penghubung sanad atau materi hadis. Dari ketiga
unsur tersebut akan berpengaruh terhadap pembagian hadis. Hadis-hadis itu
adalah hadis shahih, hasan, dha’if, mutawatir dan ahad.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul
Majid Khon. 2009.Ulumul Hadis.Jakarta:
Amzah.
Fatchur
Rahman.1970. Ikhtisar Mushthalahu’l
Hadis.Bandung: Al Ma’arif.
Pokja
Akademik.2005. Al-Hadis, Yogyakarta:Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga.
R.
Subhi As-Shalih. 1993. Membahas Ilmu-ilmu
Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus.
[1] Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahu’l Hadis, (Bandung:
Al Ma’arif, 1970), hlm. 29.
[2] Pokja Akademik, Al-Hadis, (Yogyakarta:Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga,2005), hlm. 85.
[3] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2009),
hal. 132.
[4]Ibid., hal. 138.
[5] Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahu’l Hadis, (Bandung:
Al Ma’arif, 1970), hlm. 86.
[6]
Ibid., 93.
[7]
Ibid., 97.
[8]R. Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Hadis, ( Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1993). hal. 142.
[9] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2009),
hal. 233.
[10] Ibid., 234.