Search This Blog

Thursday, January 9, 2014

Makalah Darul Islam



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Setelah Negara kita Republik Indonesia merdeka selama 68 tahun, berbagai peristiwa telah terjadi dan tidak sedikit peristiwa yang menjadi ancaman bagi Negara Indonesia ini. Salah satu peristiwa penting yang membekas dalam sejarah negeri ini adalah berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) atau bisa disebut Darul Islam yang berdiri pada awal kemerdekaan Indonesia.
Dan sosok dibalik berdirinya Darul Islam ini adalah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Dia adalah seorang tokoh yang tidak dapat dilepaskan dari Darul Islam, dia mendirikan  Darul Islam tujuannya untuk membuat Negara baru di wilayah Republik Indonesia ini dengan berlandaskan Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Latar Belakang berdirinya Darul Islam ?
2.      Bagaimana Peranan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada Darul Islam ?
3.      Bagaimana Perkembangan Politik Darul Islam di Indonesia ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.     Latar Belakang Berdirinya Darul Islam
Darul Islam sendiri berdiri pada tanggal 7 Agustus 1949, dan pendiri gerakan itu adalah Kartosuwirjo seorang Nasionalisme  Islam yang bercita-cita mendirikan Negara Islam Indonesia dengan tujuan suatu saat nanti gerakan ini akan mencakup semua wilayah Indonesia. Kemudian muncul gerakan-gerakan yang sama di beberapa wilayah di Indonesia yang selanjutnya menggabungkan diri dengan gerakan Kartosuwirjo, wilayah-wilayah tersebut antara lain Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan dan Aceh.
Hancurnya struktur lama menjadi faktor penting terbentukknya Darul Islam, pada bulan Agustus 1945, ketika Kartosuwirjo berada di Jakarta, Jepang sedang melucuti gerakan PETA, dan membubarkan kesatuan ini, karena mereka diwajibkan mempertahankan statusquo hingga tentara sekutu tiba. Awal bulan Oktober Kartosuwir2 menghadiri pertemuan anggota-anggota Masjumi di Surabaya, dihadiri juga oleh Wahid Hasyim dan Moh Natsir. Dalam pertemuan itmembicarakan tentang rencana pengubahan Masjumi sebagai partai politik, atas kespakatan bersama akhirnya Masjumi berubah menjadi partai politik yang banyak pengiutnya, organisasi Muhammadiyah dan NU juga bergabung di dalamnya. Hasyim shari sebagai ketua umum Masjumi, Ki Bagus Hadikusm menjadi ketua, Wid Hasyim menjadi wakil ketua dan Kartosuwirja sendiri menjadi sekertaris dewan eksktif Masjumi.[1]
Pada pertemuan yang pertama di Yogyakarta menghasilkan beberapa keputusan, dibentuknya lagi lasykar islam selain Hizbullah yaitu Sabilillah yang anggotanya lebih tua, selain itu terciptanya tujuan dari Masjumi yaitu untuk menciptakan sebuah negara hukum yang berdasarkan ajaran agama Islam. Tak lama setelah PETA, HEIHO, Seinendan di bubarkan oleh Jepang, pemimpin organisasi terebut membentuk BKR (badan keamana  rakyat), dengan demikian terdapat 18 lasykar di daerah Bandung, untuk mencapai koordinasi yang lebih baik lasykar-lasykar tersebut membentuk MDPP (Markas Daerah Pertahanan Priangan), Hizbullah dan Sabililah menjadi anggota MDPP dibawah pimpinan Zinal Abidn. Pada Maret 1943 terjadi tragedi yang dikenal sebagai “Bandung lautan api”, karena adanya ultimatum dari inggris untuk menjalankan taktik membumi hanguskan daerah ini. Pada Maret di tahun yang sama di adakan pertemuan di Malang guna memastikan apakan perjanjian Lingardjati disetujui atau tidak, tanpa kompromi, Kartosuwirjo menolak perjanjian tersebut. Dalam sejarahnya Kartosuwirjo dilukiskan sebagai pribadi yang intletualitasnya tinggi namun beliau tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya, konon katanya beliau selalu dikelilngi oleh orang-orang yang mengejar kedudukan. Pada 1947 kondisi politik umat Islam sangat memprihatinkan, Islam benar-benar mendapatkan tekanan, karena semua kekuatan militer secara keseluruhan berada di tangan PKI dan kaum sosialis. Selain itu Hizbullah dan Sabililah tidak mendapatkan pendidikan mliter, maka dikhawatirkan TNI akan merampas senjata mereka.[2] Sementara itu pada 21 Juni 1947 Belanda melanggar perjanjian Lingardjati, dimana Belanda mengakui Pemerintah RI di jawa, Sumatera dan Madura secara defacto.

B.     Peranan Kartosuwirjo terhadap Darul Islam
Sekarmadji dilahirkan di Cepu, sebuah daerah kecil antara Blora dan Bojonegoro, pada tanggal 17 Februari 1905, status ayahnya yang termasuk bangsawan (ningrat) dikalangan kraton Solo, SM. Kartosuwiryo sebuah nama gabungan dari namanya sendiri, ayah dan kakeknya. Nama aslinya adalah Sekarmadji, ayahnya Maridjan dan kakeknya Karto Suwiryo. Ayahnya seorang pegawai kraton dari kesultanan Solo. Seorang yang paham sejarah, pekerjaannya sebagai petugas pemeliharaan barang-barang sejarah termasuk buku-buku sejarah yang ditulis oleh orang-orang zaman dahulu. Dan memang masih ada hubungan darah kesultanan, baik dengan kesultanan Solo maupun Demak.
Kartosuwirjo merupakan seorang yang intelektualnya tinggi, dalam hal ini ia adalah pelopor sekaligus pendiri Darul Islam dibeberapa wilayah di Negara Indonesia. Sisi positif dari peranan Kartosuwirjo terhadap Darul Islam yaitu ketika ia memperjuangkan Negara Indonesia dari pihak PKI dan kaum Sosialis serta ikut mempertahankan kota Bandung pada peristiwa Bandung Lautan Api, selain itu dia juga  tidak setuju dengan perjanjian Linggardjati yang ibentuk oleh Belanda dalam perjanjian Linggardjati ini hanya untuk keuntungan Belanda saja. Pemikiran Islam memiliki kesiapan psikologis yang besar dan alami, untukmengambil dan menggunakan apa saja warisan kemanusiaan yang baik dan bermanfaat  serta tidak mempertanyakan darimana hikmah itu datang.[3]
Sementara itu dari segi negatifnya Kartosuwirjo memberi pengaruh negatif yang besar bagi Negara Indonesia yaitu: Adanya Darul Islam memaksa rakyat Indonesia mengikuti aturan yang ia bentuk, sementara itu penduduk Indonesia yang notabennya multikultural dan bukan hanya agama Islam yang ada di Indonesia. Bagi yang non Islam mereka tidak menyetujui aturan yang dibuat oleh Kartosuwirjo. Dari hal ini terlihat bahwa Krtosuwirjo ingin menjadikan Negara Indonsia seperti yang ia inginkan, menurut pandangannya Indonesia cukup baik apabila menjadi Darul Islam (NII).
C.     Perkembangan Politik Darul Islam di Indonesia
DI (Darul Islam) pada hakekatnya adalah persoalan yang ditimbulkan oleh golongan extrim Islam yang akan mendirikan Negara Islam Indonesia yang merdeka dengan agama Islam sebagai dasarnya. Pusat DI di Jawa Barat dipimpin oleh. Kartosuwiryo. Kemudian pengaruhnya meluas ke luar daerah yaitu Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Gerakan tersebut sesungguhnya telah dimulai pada tahun 1946. Akibat perjanjian Renville, pasukan TNI harus meninggalkan kantong‑kantong gerilya kemudian melaksanakan hijrah. Keputusan tersebut ditolak oleh Kartosuwiryo, karena politik yang demikian dianggap merugikan perjuangan. Oleh karena itu pasukan Hizbullah dan Sabilillah tidak diizinkan meninggalkan Jawa Barat. Setelah pasukan Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah, Kartosuwiryo lebih leluasa melaksanakan rencananya. Pada bulan Maret 1948 pasukan‑pasukan itu membentuk gerakan dengan nama Darul Islam (DI) dan tanggal 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII) dengan Tentara Islam Indonesia (TII). Hukum yang berlaku di negara Islam itu ialah hukum Islam. Hal ini jelas bahwa NII tidak mengakui UUD 1945 dan Pancasila.
DI/TII itu kemudian memusuhi pasukan TNI dengan mengadakan pengadangan dan menyerang pasukan TNI yang sedang dalam perjalanan kembali ke Jawa Barat. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dengan segala cara menyebarkan pengaruh‑nya ke Jawa Tengah. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah di pimpin Amir Fatah. Daerah operasinya di daerah Pekalongan Tegal dan Brebes dimana daerah tersebut mayoritas pendudukanya beragama Islam yang fanatik



BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa, Berawal dari institut suffah pada 1940 Didirikan pada 7 Agustus 1949 NII bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara teokrasi, yaitu Islam dan menjadikan syari’at Islam sebagai undang-undangnya. NII didukung oleh Hizbullah dan Sabilillah.Darul Islam pada hakekatnya merupakan sebuah permasalahan yang muncul akibat golongan extrim islam yang ada di negara ini. Latar belakang tokoh SMK sendiri Dilahirkan di Cepu 7 Januari 1905. Sekolah di NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School ) atau Sekolah Kedokteran Belanda. Sempat belajar komunisme dari Marko Kartodikromo sehingga dia dikeluarkan dari NIAS. Belajar Islam pada HOS. Cokroaminoto. Aktif di JIB, PSI, PSII & kemudian mendirikan NII.
DI muncul karena kekecewaan sebagian umat Islam terhadap Indonesia. ketika Indonesia vakum dari kekuasaan perjanjian Renville. Misi yang dibentuk oleh Kartosuwirjo pada dasarnya baik  khususnya bagi umat islam itu sendiri, ingin membentuk negara islam, namun cara yang ia lakukan itu kurang tepat, mengingat bukan hanya agama islam saja yang tumbuh dan berkembang di negara Indonesia. Tak hanya itu saja terlalu banyak kekerasan yang dilakukan oleh DI untuk membentuk negara Indonesia sebagai negara Islam.


.


DAFTAR PUSTAKA

Holk H. Dengel, Darul Islam dan KartoSuwirjo. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Muhammad Nur, 2011. Negara Islam Indonesia Yes Negara Islam Indonesia No. Yogyakarta:SUKA-Pers UIN Sunan Kalijaga.
Ncc, Sejarah Berdirinya NII. blogspot.com. Jumat, 04 Pebruari 2013 22:39. Diakses pada 10 Januari 2014 pukul 07.48 WIB.



[1] Holk H. Dengel,Darul Islam dan KartoSuwirjo.(Jakarta : Pustaka Sinar Harapan),hlm.91.
[2] Muhammad  Nur, Negara Islam Indonesia Yes Negara Islam Indonesia No. (Yogyakarta: SUKA-Pers UIN Sunan Kalijaga). hlm 52.

1 comment: