A.
Latar Belakang Masalah
Myanmar yang dahulu dikenal dengan Burma secara geografis trletak
di ekor anak benua India, disebelah barat berbatasan dengan Laut Andaman, sebelah
utara dengan India, timur dengan China, dan selatan dengan Thailand. Luas
wilayahnya adalah 678.000 km², dengan jumlah penduduk 45 juta.
Agama Islam sampai ke Myanmar dibawa oleh para pedagang Arab Muslim
yang menetap di pantai Arakan. Kemudian di Arakan inilah nantinya berkembang
menjadi negara muslim, dan disini akan berkembang pula orang-orang muslim yang
nantinya disebut Muslim Rohingya.
Di
Myanmar terdapat beberapa etnis yaitu : Burma, Karen, Chin, Kachin, Shan, dan
Rohingya. Etnis Burma yang mayoritasnya adalah orang Budha nantinya akan
mendominasi di Myanmar, karena di samping jumlah mereka yang lebih banyak
daripada kelompok-kelompok etnis yang lain, kemudian menguasai berbagai bidang
kehidupan di negara itu. Dan pada akhirnya, secara politis, mereka pun
mendominasi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
proses masuknya Islam ke myanmar ?
2.
Bagaimana
proses minoritas Muslim di Myanmar ?
3.
Bagaimana
masalah yang dihadapi muslim di myanmar ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Masuk
dan Berkembanganya Islam di Myanmar
Negara Myanmar dulu dikenal dengan burma atau birma, sejak Juni
1989, secara resmi menukar nama negara dari Burma menjadi Myanmar.[1]
Islam sampai ke Myanmar melalui para pedagang arab Muslim yang menetap di garis
pantai selama abad pertama hijrah (ke-7 M) atau sesudahnya, pertama di atas
pantai Arakan, dan kemudian ke selatan. Lebih belakangan, para pedagang India
dan Malaysia telah efektif dalam menyebarkan Islam. Akhirnya, para pengungsi
dari Yunan di abad sembilan belas menetap di bagian utara negeri itu.
Suatu negara Muslim didirikan di Arakan ketika Sultan Bengal yang
Muslim Naseer-ud-Deen Mahmud Shah membantu Raja Sulayman Naramithla membangun
negara Mrauku yang Muslim. Pemerintah Muslim berlangsung beberapa abad di
Arakan dan meluas ke selatan sejauh Moulmein selama pemerintahan Sultan Salim
Shah Razagri (1593-1612M). Bahasa Persia merupakan bahasa negara bagi negara
Muslim Arakan. Ibukotanya Myohaung. Pada 1784 Burma
yang pengikut Budha menaklukan negara muslim, dikuti antara 1824 dan 1826 oleh
Inggris. Ketika Burma merdeka 1948, Arakan dimasukan didalamnya.[2]
Daerah Arakan luas seluruhnya 36.762 Km², dengan jumlah penduduk
pada 1969 sebesar 1.847 orang. penduduk ini terbagi ke dalam dua komunitas
keagamaan : Muslim (disebut Rohingya) dan Buddhis (disebut mogh).
Muslim di Myanmarpada Tahun 1990 tercatatmencapai654,000
(1.6%) kemudian di tahun 2010 diadakan survei muslim di Myanmar dan tercatat
pada tahun itu mencapai 1,900,000 (3.8%), Muslim di Myanmar berkembang menjadi
1,246,000 selama kurun waktu 20 tahun, kemungkinan besar di prediksikan pada
tahun 2030 muslim di Myanmar akan bertambah mencapai 2,233,000 (3.8%).[3]
Mayoritas terbesar adalah pengikut Sunni, tetapi mereka terbagi ke
dalam tiga komunitas Muslim yang berbeda-beda. Pertama, Muslim Burma atau
Zerbadee, merupakan komunitas yang paling lama berdiri dan berakar di wilayah
Shwebo. Diperkirakan mereka merupakan keturunan dari para mubalig yang datang
dari timur tengah dan Asia selatan serta penduduk muslim awal yang kemudian
beranak pinak dengan masyarakat Burma. Kedua Muslim India, Imigran Keturunan
India, merupakan komunitas muslim yang terbentuk seiring kolonisasi Burma oleh
Inggris.Ketiga, Muslim Rohingya (Rakhine) bermukim di negara bagian Arakan atau
Rahkine, yang berbatasan dengan Bangladesh.[4]
B.
Terjadinya
Minoritas di Myanmar
Secara umum ada empat kategori kaum muslim di Myanmar, yaitu Muslim
India atau Kala Pathe, Muslim Myanmar atau Zerbadee, Muslim Melayu atau Pashu
dan Muslim Cina atau Panthay.[5]
Dilihat dari jumlahnya yang kuat hanyalah Muslim India dan Muslim Myanmar. Di
bidang kebudayaan kaum Muslim Myanmar semakin lama semakin berbeda dari orang
Myanmar yang beragama Budha.
Muslim Myanmar mengadopsi nama-nama Myanmar, meskipun mereka juga
menggunakan nama Muslim yang dipakai di wilayah mereka dalam konteks tertentu.
Secara politis, kaum Muslim Myanmar selalau memiliki perasaan dan sikap positif terhadap negara
dan siap mengedintifikasi diri mereka dengan kebanyakan rakyat Myanmar. Muslim
India yang tinggal di Myanmar masih bersikap mendua dalam memainkan peran yang
bisa dan harus mereka terima di Myanmar dan dengan demikian cenderung muncul
sebagai kelompok yang kurang berakar dalam masyarakat politik Myanmar.
Terdapat sedikit spesialisasi di bidang ekonomi antar kaum muslim
Myanmar dengan Muslim India. Walaupun keduannya banyak bergerak di bidang
bisnis dan dagang, namun kaum Muslim Myanmar sebagian besar petani, hal ini
sejalan dengan pola ekonomi nasional. Sementara itu kaum Muslim India di
Myanmar lebih dikenal sebagai pedagang yang tangguh. Mungkin karena alasan
inilah ketika sosialisme di terapkan secara kaku pada periode pasca 1962, kaum
Muslim India lebih menderita dibanding dengan Kaum Muslim lainnya. Peranan
mereka amat kuat di bidang ekonomi dihancurkan oleh penguasa soaialis yang
melarang perdagangan bebas, membatasi arus perdagangan internasional dan
menekan import.
Secara politisi akan tampak bahwa kaum muslim di Myanmar menikmati
proteksi dan kebebasan yang besar selama periode demokrasi. Mereka tidak hanya
mempunyai wakil yang cukup baik di pemerintahan namun juga merupakan elemen politik
yang penting dalam kehidupan politik di Myanmar. Kudeta militer tahun 1962 yang
disusul dengan sisitem politik yang didominasi militer, dibawah kepemimpinan
BSPP, satu-satunya partai politik yang diakui, mencekik politik oposisi kaum
Muslim dan mempersempit ruang partisipasimereka di bidang politik. Perbedaan di
kalangan Muslim secara efektif digunakan untuk memecah belah kesatuan
masyarakat Muslim, Organisasi seperti ICB bersikap jauh lebih simpatik pada
BSPP dan pemerintahMyanmar.[6]
Sementara yang lain, seperti Jamiatul Ulama bersikap mendua.
Dalam kasus tapal batas Arakan dengan Bangladesh, di mana kaum
Muslim dominan, RNLF terus mengadakan perlawanan terhadap pemerintah Myanmar
untuk mencapai tujuan mereka yaitu memisahkan diri dari Myanmar. KMNLF
berkolaborasi dengan KNLA, juga menentang pemerintahan Myanmar dengan
propaganda dan bergeriliya. Di sisi lain, juga terwakili di BSPP dan juga dalam
pemerintahan meskipun tidak untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat Muslim
melainkan lebih untuk kepentingan Partai dan Masyarakat Myanmar secara
keseluruhan.
C.
Problem
Muslim di Myanmar
Saat ini komunitas Muslim di Myanmar sangat teraniaya. Usaha mereka
telah dinasionalisasi, tanah mereka disita, sekolah mereka terkena
de-Islamisasi. Mereka dilarang melaksanakan ibadah haji dan hubungan mereka
dengan Dunia Muslim sangat dibatasi, bahkan mengamankan naskah-naskah Al Qur’an
menjadi masalah.
Pukulan terberat penganiayaan orang-orang Burma jatuh pada Muslim
Arakan. Usaha dari berbeda-beda pemerintah Burma terpusat pada pengurangan
mayoritas mereka. Di wilayah ini pengusiran besar terhadap mereka dilaksanakan
sejak 1942. Memang, sesudah keluarnya inggris pada 1942, gelombang kebencian
terhadap Muslim membasahi wilayah Arakan dengan darah. Orang-orang muslim
dibunuh secara massal dan dua ratus ribu lagi harus melarikan diri ke pakistan
timur (sekarang Bangladesh), pakistan Barat dan bahkan Saudi Arabia, sedangkan
sekitar delapan ribu Muslim meninggal. Namun aktivitas yang paling kriminal
yang dipimpin oleh pemerintah dengan menggunakan tentaranya adalah apa yang disebut
“Operasi Raja Dragon”yang dimulai pada Februari 1978. Pemerintah Rangoon
memperkenalkan kartu identitas bangsa tetapi menolak memberikan kepada Muslim
Rohingya. Sebagai gantinya mereka ditawari kartu pendaftaran orang asing,
padahal kenyataan orang-orang Rohingya telah menjadi warga negara Arakan selama
lebih dari seribu tahun.[7]
Pada baru-baru ini
terjadi lagi kerusuhan di Arakan adalah serangkaian konflik yang sedang
berlangsung antara Rohingya Muslim dan etnis Rakhine di Myanmar. Penyebab
langsung dari kerusuhan ini tidak jelas, dengan banyak komentar mengutip
pembunuhan sepuluh Muslim Burma oleh etnis Rakhine setelah pemerkosaan dan
pembunuhan seorang wanita Rakhine sebagai penyebab utama konflik ini. Lebih
dari tiga ratus rumah dan sejumlah bangunan umum telah diratakan dengan tanah.
Menurut Tun Khin, Presiden Burma Rohingya Organisasi Inggris (BROUK), 650 orang
muslim Rohingya telah tewas, 1.200 hilang, dan lebih dari 80.000 telah
mengungsi.
Menurut pihak berwenang di Myanmar, pemerintahan juga mengeluarkan
data tetapi lebih sedikit dari data yang di keluarkan oleh BROUK,karena
pemerintah menutupi konflik yang terjadi ini. Data pemerintah Myanmar : kekerasan
yang terjadi antara umat Budha etnis Rakhine dengan Muslim Rohingya,
meninggalkan 78 orang tewas, 87 luka-luka, dan ribuan rumah hancur. Hal ini
juga menyebabkan lebih dari 52.000 orang mengungsi.[8]
D.
Tantangan
Masa Depan Muslim di Myanmar
Tantangan Muslim kedepan yang dihadapinnya dapat dilihat dari
konflik-konflik yang telah terjadi, yaitu diantaranya usaha untuk menuntut mendapatkan otonomi dari pemerintah.
Terfokus pada Muslim India di Myanmar yang paling mendapatkan siksa dari orang
Budha/pemerintahan di Myanmar. Sehingga masalah perekonomian atau perdagangan
Muslim India yang mungkin masih dikuasai
Pemerintah Myanmar dimasa yang akan datang dapat diselesaikan. Selain itu di
bidang pendidikan, yaitu harapan akan adanya materi pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah
negeri/pemerintahan/kerajaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
organisasi seperti RNLF, KMNLF dan KNLA diharapkan mampu mengatasi problem
Muslim masa yang akan datang di Myanmar.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Muslim di Myanmar menjadi minoritas dari
segi populasi, kependudukan, dan lain-lain. Penduduk
ini terbagi ke dalam dua komunitas keagamaan : Muslim (disebut Rohingya) dan
Buddhis (disebut mogh).Mayoritas terbesar adalah pengikut Sunni, tetapi mereka
terbagi ke dalam tiga komunitas Muslim yang berbeda-beda.
Secara umum ada empat kategori kaum muslim di Myanmar, yaitu Muslim
India atau Kala Pathe, Muslim Myanmar atau Zerbadee, Muslim Melayu atau Pashu
dan Muslim Cina atau Panthay. Tantangan kedepan pun harus siap di hadapi oleh
muslim Myanmar seperti perdagangan, perekonomian, dan pendidikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya organisasi seperti RNLF,
KMNLF dan KNLA diharapkan mampu mengatasi problem Muslim masa yang akan datang
di Myanmar.
Daftar Pustaka
Alan Coperman
e.a.
2011. The
Future OfThe Global Muslim Population: Projection for 2010-2030, Washington DC: Pew Research Centre.
M Ali Kettani. 2005. Minoritas
Muslim di Dunia Dewasa Ini.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saiful Muzani.1993. Pembangunan
dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Saifullah.2010.
Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara.Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Tahir Amin.
2002. “Myanmar” dalam John L. Elposito.Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam
Modern. terj. vol V.Bandung: Mizan.
Wikipedia.
2012. “Burma”. Dalamhttp://en.wikipedia.org/wiki/Burma.Diunduh Pada Tanggal 18Desember 2012, pukul 15.21 WIB.
[1] Saifullah, Sejarah
dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2010), hlm, 186.
[3]Alan Coperman
e.a, The Future Of The Global Muslim Population: Projection for 2010-2030,
(Washington DC: Pew Research Centre, 2011), hlm, 158.
[4] Tahir Amin,
“Myanmar” dalam John L. Elposito, Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern,
terj, vol V, (Bandung: Mizan, 2002), hlm, 139.
[5]Saiful Muzani, Pembangunan
dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Pustaka LP3ES, 1993 ),
hlm, 49.
[7]M Ali Kettani,Op
Cit.,hlm, 206 – 207.
[8]
http://en.wikipedia.org/wiki/Burma.
No comments:
Post a Comment