BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat
atau manusia dewasa ini sedang mengalami apa yang disebut sebagai krisis
kehidupan. Akar krisis ini menurut mereka yang punya “mata” kritis terhadap
realitas, ada di dalam realitas kemoderenan, yang ironisnya dianggap sebagai
karya manusia yang paling hebat. Manusia modern tidak pernah berpikir bahwa ia
sesungguhnya adalah bagian dari alam (keseluruhan kosmos). Sebaliknya, ia
menganggap dirinya sebagai entitas yang terpisah dari alam. Ia punya akal,
yakni sebuah kemampuan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh makhluk lain
manapun juga di modernis.
Dengan akal ini manusia modern
dapat bukti bahwa ia membuat
banyak hal yang hebat didalam hidupnya. Ia bahkan menemukan modern-hukum alam dan
kemudian dalam beberapa aspek modern ini memanipulasinya. Oleh
karena itu manusia menjadi “sombong” dan menganggap diri lebih dari alam, dan
ia merasa punya hak untuk menguasainya, dalam arti memakainya semata-mata demi kepentingan
sendiri.
Berjuang demi kepentingan sendiri atau dengan kata
lain penekanan pada individualitas yang modernis
merupakan salah satu karakter utama modernis.
Rene Descartes, dengan konsep “cogito ergo sum”-nya, demikian pun Francis Bacon
ataupun Isaac Newton telah menggulirkan berbagai konsep dasar bagi sains
modern, yang ujung-ujungnya menjadi penopang utama kecenderungan modernis mistic modern. Dibawah
ini kami akan menguraikan tentang modernisme atau dunia modern yang
kita alami pada masa-masa modern saat ini.
Rumusan
Masalah:
- Penjelasan mengenai Modernisme itu sendiri
- Perkembangannya
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian Modernisme
Modernisme secara etimologis berasal
dari akar kata “modern” yang muncul
dari kata “modernus” (latin) yang
artinya “sekarang”.[1]
Modernisme
ialah konsep yang berhubungan dengan hubungan manusia dengan lingkungan
sekitarnya di zaman modern.[2] Menurut Hassan Hanafi tulang
punggung Modernisme ialah rasionalisme, kebebasan demokrasi, pencerahan, dan
humanisme sebagai suatu konsep ideal yang kegunaannya tidak diragukan lagi.
Analisisnya terhadap Barat, ia lebih memilih lingkungan Eropa, yang menjadi
basis lokal bagi kekhasan peradaban Barat dan ia mengandung hakekat bangsa
barbar dengan watak sensasional, materialistik, liar, dan rasial.[3] Secara historis menurut beberapa
sumber, istilah muncul dalam konteks Kristiani Barat, sekitar akhir abad ke-19,
yakni dipakai untuk menamai gerakan teolog Katholik yang menggulirkan pemikiran
kritis dan skeptis terhadap dogma tradisional Kristen.[4]
Antony
Giddens dipermulaan bukunya, The
Consequences of Modernity, memaknai realitas kemoderenan (modernisme/modernitas)
sebagai pola hidup sosial atau organisasi masyarakat/manusia, yang muncul di
Eropa mulai dari sekitar abad ke-17 dan seterusnya, yang kemudian begitu
mempengaruhi dunia. Lawrence Cahoone dalam buku The Dilemma of Modernity mengartikan realitas kemoderenan sebagai
keseluruhan ide, prinsip, dan pola interaksi, yang muncul dari berbagai macam
bidang, mulai dari filsafat hingga ekonomi yang menjadi dasar perkembangan
masyarakat dan kultur Eropa Barat dan Tengah serta Amerika, sejak abad ke-14
hingga abad ke-20.[5]
- Perkembangan Modernisme
Berdasarkan studi tentang perkembangan
pemikiran dan kultur masyarakat manusia, banyak ahli menarik kesimpulan bahwa
secara historis gerakan kemoderenan pertama kali hadir secara eksplisit pada
masa Renaisans dan pencerahan, yakni sekitar tahun 1500, dan dalam konteks
dunia Barat yang Kristen. Bagi Descartes, pikiran adalah subjek, sementara
materi adalah objek. Pemisahan antara pikiran dan materi ala Descartes ini,
serta penekanannya pada superioritas ratio atas segala sesuatu, kemudian
menjadikan dasar perkembangan filsafat modern ataupun pemikiran modern lainnya.
Beberapa karakteristik dasar kemoderenan muncul dari konsep-konsep Descartes
seperti: rasionalisme, individualisme, subjektivisme, kebenaran objektif, dan
lain-lain. Ada perbedaan penting antara
filsafat abad pertengahan dengan abad modern, perbedaan tersebut bukanlah
dilihat dari segi dikotomi mundur dan maju seperti halnya pada dunia ilmu
pengetahuan. Perbedaan keduanya lebih sering dilihat dari sudut ciri khasnya
masing-masing.[6]
Banyak kaum inletektual setuju bahwa tahapan
perkembangan pemikiran modern adalah dari masa lahirnya (Renaisans) hingga saat
ini. Namun ada juga sebagian pemikir yang juga dengan tegas menyatakan bahwa
periode kemoderenan telah berhenti di akhir abad ke-20. Menyangkut
perkembangan kemoderenan ini, Lawrence E. Cahoone punya pandangan yang sedikit
berbeda. Ia membagi perkembangan kemoderenan dalam dua tahap, yakni:
kemoderenan awal yang berlangsung dari abad ke-16-19, kemoderenan akhir dari
akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Secara historis, filsafat materialis
yang menjadi ideologi dasar kemoderenan, kemudian berkembang memanifestasikan
dirinya dalam berbagai tren intelektual modern, mulai dari rasionalisme (Descartes),
empirisme (Inggris), kritisisme, idealisme, positivisme (Comte), materialisme,
marxisme, idealisme, pragmatisme, eksistensialisme, hingga strukturalisme. Semua
tren intelektual tersebut menyumbang pada kemajuan sains modern yang begitu
pesat dan canggih, sehingga akhirnya paradigma saintifiklah yang menjadi
paradigma utama kemoderenan.
- Modernisme seni di Eropa
Modernisme seni di Eropa telah dimulai sejak tahun 1800an.
Pada era ini, ditemukan teori relatifitas, dimulainya industrialisasi serta
ilmu pengetahuan sosial yang memancing gaya-gaya baru dalam bidang seni. Gebrakan-gebrakan
dapat terlihat pada 15 tahun pertama abad ke-19. Bisa dilihat dari munculnya
gaya lukisan abstrak ekspresionis
pada tahun 1903 yang dipelopori oleh Wassily Kandinsky dan bangkitnya cubism pada tahun 1908 yang dipelopori
Pablo Picasso dan Georges
Braque. Di awal Perang Dunia ke I, tekanan dan ketidak nyamanan keadaan sosial yang terjadi
seperti saat Revolusi Rusia, telah memunculkan pergerakan-pergerakan radikal
dalam seni yang menolak kebiasaan-kebiasaan lama. Dimulai ketika Komposer ternama
Rusia Igor Stravinsky pada tahun 1913 mencoba memunculkan pertunjukan
yang menunjukan manusia yang menjadi korban, serta Pablo Picasso dan Paul
Matisse yang menolak sistem perspektif tradisional yang menjadi ciri khas lukisan
terstruktur, hal seperti ini bahkan belum pernah dilakukan oleh para pelukis
impresionis sekelas Cezanne sekalipun. Inilah yang mulai memperjelas apa yang
sebenarnya diistilahkan sebagai “Modernisme”, yaitu penolakan serta pergerakan
terhadap kesederhanaan gaya Realis dalam literature dan seni, serta mengubah
totality dalam musik.[7]
Pada tahun 1920, Modernisme yang di era sebelum perang hanyalah sebuah
efek minoritas mulai menegaskan dirinya sebagai hal yang dapat mengubah zaman.
Modernisme di Eropa
terlihat dalam pergerakan-pergerakan seni yang kritis seperti Dadaism
dan selanjutnya dalam pergerakan kontruktivisme seperti Surealisme,
seperti juga dalam pergerakan-pergerakan kecil seperti Bloomsburry Group
(kelompok pelajar Bohemian di Inggris). Masing masing pergerakan ini menunjukan
metode-metode baru untuk menghasilkan hasil yang baru. Gaya-gaya yang muncul,
terutama Surealis, Cubis, Ekspresionisme, Fauvisme, Futurisme serta
Leninisme secara cepat diadopsi ke daerah-daerah luar yang jauh dari daerah
asalnya.
Yang cukup menonjol peranannya serta tidak dapat
dilupakan ialah dua kelompok besar era
Modernisme yang menggusung kuat seni Modern di Eropa dan belakangan
diadopsi sampai ke Amerika, berbeda dengan gaya-gaya di atas yang lebih
berkategori anti-seni, dua Kelompok ini lebih dikenal sebagai pengembang
ide-ide baru yang berkaitan dengan seni, arsitektur, desain, dan pendidikan
seni. Dua
Kelompok ini ialah Bauhaus (Jerman) dan de Stijl (Belanda) Pada
tahun 1930, Modernisme di Eropa telah memperoleh posisi penting baik dalam politik
dan seni.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa Modernisme itu merupakan konsep yang berhubungan dengan
manusia dengan lingkungan sekitarnya di zaman modern ini.
Ada pendapat
mengenai modernisme dari para ahli diantaranya : Hassan Hanafi berpendapat
bahwa yang menjadi tulang
punggung Modernisme ialah rasionalisme, kebebasan demokrasi, pencerahan, dan
humanisme sebagai suatu konsep ideal yang kegunaannya tidak diragukan lagi. Sedangkan
menurut Antony Giddens memaknai realitas
kemoderenan sebagai pola hidup sosial atau organisasi masyarakat/manusia, yang
muncul di Eropa mulai dari sekitar abad ke-17 dan seterusnya, yang kemudian
begitu mempengaruhi dunia.
Berdasarkan studi tentang perkembangan
pemikiran dan kultur masyarakat manusia, banyak ahli menarik kesimpulan bahwa
secara historis gerakan kemoderenan pertama kali hadir secara eksplisit pada
masa Renaisans dan pencerahan, yakni sekitar tahun 1500, dan dalam konteks
dunia Barat yang Kristen.
Daftar Pustaka
Juhaya S Praja. 1997. Aliran-aliran
Fisafat dan Etika. Yayasan Piara: Bandung.
Kazuo Shimogaki. 1997. Kiri
Islam antara Modernisme dan Postmodernisme Kajian Kritis atas pemikiran Hassan
Hanafi . Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Emanuel Wora. 2006. Perenialisme
kritik atas Modernisme dan Postmodernisme. Yogyakarta:
Kanisius.
Wikipedia. 2012. “Modernisme”. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Modernisme Diunduh Pada
Tanggal 15 Desember 2012, pukul 09.21 WIB.
[1] Emanuel Wora, Perenialisme kritik atas Modernisme dan
Postmodernisme (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hlm. 37
[2]
http://id.wikipedia.org/wiki/Modernisme
[3] Kazuo Shimogaki, Kiri Islam antara Modernisme dan
Postmodernisme Kajian Kritis atas pemikiran Hassan Hanafi (Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta, 1997), hlm.59
No comments:
Post a Comment