BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setelah Negara
kita Republik Indonesia merdeka selama 68 tahun, berbagai peristiwa telah
terjadi dan tidak sedikit peristiwa yang menjadi ancaman bagi Negara Indonesia
ini. Salah satu peristiwa penting yang membekas dalam sejarah negeri ini adalah
berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) atau bisa disebut Darul Islam yang
berdiri pada awal kemerdekaan Indonesia.
Dan sosok
dibalik berdirinya Darul Islam ini adalah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Dia adalah seorang tokoh yang tidak dapat dilepaskan dari Darul Islam, dia
mendirikan Darul Islam tujuannya untuk
membuat Negara baru di wilayah Republik Indonesia ini dengan berlandaskan
Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Latar Belakang berdirinya Darul Islam ?
2.
Bagaimana Peranan Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo pada Darul Islam ?
3.
Bagaimana Perkembangan Politik Darul Islam di Indonesia ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Berdirinya Darul
Islam
Darul Islam
sendiri berdiri pada tanggal 7 Agustus 1949, dan pendiri gerakan itu adalah
Kartosuwirjo seorang Nasionalisme Islam
yang bercita-cita mendirikan Negara Islam Indonesia dengan tujuan suatu saat
nanti gerakan ini akan mencakup semua wilayah Indonesia. Kemudian muncul gerakan-gerakan yang sama di
beberapa wilayah di Indonesia yang selanjutnya menggabungkan diri dengan
gerakan Kartosuwirjo, wilayah-wilayah tersebut antara lain Jawa Tengah,
Sulawesi Selatan, Kalimantan dan Aceh.
Hancurnya
struktur lama menjadi faktor penting terbentukknya Darul Islam, pada bulan
Agustus 1945, ketika Kartosuwirjo berada di Jakarta, Jepang sedang melucuti
gerakan PETA, dan membubarkan kesatuan ini, karena mereka diwajibkan mempertahankan
statusquo hingga tentara sekutu tiba. Awal bulan Oktober Kartosuwir2 menghadiri
pertemuan anggota-anggota Masjumi di Surabaya, dihadiri juga oleh Wahid Hasyim
dan Moh Natsir. Dalam pertemuan itmembicarakan tentang rencana pengubahan
Masjumi sebagai partai politik, atas kespakatan bersama akhirnya Masjumi
berubah menjadi partai politik yang banyak pengiutnya, organisasi Muhammadiyah
dan NU juga bergabung di dalamnya. Hasyim shari sebagai ketua umum Masjumi, Ki
Bagus Hadikusm menjadi ketua, Wid Hasyim menjadi wakil ketua dan Kartosuwirja
sendiri menjadi sekertaris dewan eksktif Masjumi.[1]
Pada pertemuan
yang pertama di Yogyakarta menghasilkan beberapa keputusan, dibentuknya lagi
lasykar islam selain Hizbullah yaitu Sabilillah yang anggotanya lebih tua,
selain itu terciptanya tujuan dari Masjumi yaitu untuk menciptakan sebuah
negara hukum yang berdasarkan ajaran agama Islam. Tak lama setelah PETA, HEIHO,
Seinendan di bubarkan oleh Jepang, pemimpin organisasi terebut membentuk BKR
(badan keamana rakyat), dengan demikian
terdapat 18 lasykar di daerah Bandung, untuk mencapai koordinasi yang lebih
baik lasykar-lasykar tersebut membentuk MDPP (Markas Daerah Pertahanan
Priangan), Hizbullah dan Sabililah menjadi anggota MDPP dibawah pimpinan Zinal
Abidn. Pada Maret 1943 terjadi tragedi yang dikenal sebagai “Bandung
lautan api”, karena adanya ultimatum dari inggris untuk menjalankan taktik membumi
hanguskan daerah ini. Pada Maret di tahun yang sama di adakan pertemuan di
Malang guna memastikan apakan perjanjian Lingardjati disetujui atau tidak,
tanpa kompromi, Kartosuwirjo menolak perjanjian tersebut. Dalam sejarahnya
Kartosuwirjo dilukiskan sebagai pribadi yang intletualitasnya tinggi namun
beliau tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya,
konon katanya beliau selalu dikelilngi oleh orang-orang yang mengejar
kedudukan. Pada 1947 kondisi politik umat Islam sangat memprihatinkan, Islam
benar-benar mendapatkan tekanan, karena semua kekuatan militer secara
keseluruhan berada di tangan PKI dan kaum sosialis. Selain itu Hizbullah dan
Sabililah tidak mendapatkan pendidikan mliter, maka
dikhawatirkan TNI akan merampas senjata mereka.[2]
Sementara itu pada 21 Juni 1947 Belanda melanggar perjanjian Lingardjati,
dimana Belanda mengakui Pemerintah RI di jawa, Sumatera dan Madura secara
defacto.
B.
Peranan Kartosuwirjo terhadap Darul Islam
Sekarmadji dilahirkan di Cepu, sebuah daerah kecil antara
Blora dan Bojonegoro, pada tanggal 17 Februari 1905, status
ayahnya yang termasuk bangsawan (ningrat) dikalangan kraton Solo, SM.
Kartosuwiryo sebuah nama gabungan dari namanya sendiri, ayah dan kakeknya. Nama
aslinya adalah Sekarmadji, ayahnya Maridjan dan kakeknya Karto Suwiryo. Ayahnya
seorang pegawai kraton dari kesultanan Solo. Seorang yang paham sejarah,
pekerjaannya sebagai petugas pemeliharaan barang-barang sejarah termasuk
buku-buku sejarah yang ditulis oleh orang-orang zaman dahulu. Dan memang masih
ada hubungan darah kesultanan, baik dengan kesultanan Solo maupun Demak.
Kartosuwirjo merupakan seorang yang
intelektualnya tinggi, dalam hal ini ia adalah pelopor sekaligus pendiri Darul
Islam dibeberapa wilayah di Negara Indonesia. Sisi positif dari peranan
Kartosuwirjo terhadap Darul Islam yaitu ketika ia memperjuangkan Negara
Indonesia dari pihak PKI dan kaum Sosialis serta ikut mempertahankan kota
Bandung pada peristiwa Bandung Lautan Api, selain itu dia juga tidak setuju dengan perjanjian Linggardjati
yang ibentuk oleh Belanda dalam perjanjian Linggardjati ini hanya untuk
keuntungan Belanda saja. Pemikiran Islam memiliki kesiapan psikologis yang
besar dan alami, untukmengambil dan menggunakan apa saja warisan kemanusiaan
yang baik dan bermanfaat serta tidak
mempertanyakan darimana hikmah itu datang.[3]
Sementara itu dari segi negatifnya
Kartosuwirjo memberi pengaruh negatif yang besar bagi Negara Indonesia yaitu:
Adanya Darul Islam memaksa rakyat Indonesia mengikuti aturan yang ia bentuk,
sementara itu penduduk Indonesia yang notabennya multikultural dan bukan hanya
agama Islam yang ada di Indonesia. Bagi yang non Islam mereka tidak menyetujui
aturan yang dibuat oleh Kartosuwirjo. Dari hal ini terlihat bahwa Krtosuwirjo
ingin menjadikan Negara Indonsia seperti yang ia inginkan, menurut pandangannya
Indonesia cukup baik apabila menjadi Darul Islam (NII).
C.
Perkembangan Politik Darul Islam di Indonesia
DI (Darul
Islam) pada hakekatnya adalah persoalan yang ditimbulkan oleh golongan extrim
Islam yang akan mendirikan Negara Islam Indonesia yang merdeka dengan agama
Islam sebagai dasarnya. Pusat DI di Jawa Barat dipimpin oleh. Kartosuwiryo.
Kemudian pengaruhnya meluas ke luar daerah yaitu Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan
dan Sulawesi Selatan. Gerakan tersebut sesungguhnya telah dimulai pada tahun 1946.
Akibat perjanjian Renville, pasukan TNI harus meninggalkan kantong‑kantong
gerilya kemudian melaksanakan hijrah. Keputusan tersebut ditolak oleh
Kartosuwiryo, karena politik yang demikian dianggap merugikan perjuangan. Oleh
karena itu pasukan Hizbullah dan Sabilillah tidak diizinkan meninggalkan Jawa
Barat. Setelah pasukan Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah, Kartosuwiryo lebih
leluasa melaksanakan rencananya. Pada bulan Maret 1948 pasukan‑pasukan itu
membentuk gerakan dengan nama Darul Islam (DI) dan tanggal 7 Agustus 1949
Kartosuwiryo memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII) dengan Tentara Islam
Indonesia (TII). Hukum yang berlaku di negara Islam itu ialah hukum Islam. Hal
ini jelas bahwa NII tidak mengakui UUD 1945 dan Pancasila.
DI/TII itu
kemudian memusuhi pasukan TNI dengan mengadakan pengadangan dan menyerang
pasukan TNI yang sedang dalam perjalanan kembali ke Jawa Barat. Pemberontakan
DI/TII di Jawa Barat dengan segala cara menyebarkan pengaruh‑nya ke Jawa
Tengah. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah di pimpin Amir Fatah. Daerah operasinya
di daerah Pekalongan Tegal dan Brebes dimana daerah tersebut mayoritas
pendudukanya beragama Islam yang fanatik
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan
pada bagian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa, Berawal dari institut
suffah pada 1940 Didirikan pada 7 Agustus 1949 NII bertujuan menjadikan
Indonesia sebagai negara teokrasi, yaitu Islam dan menjadikan syari’at Islam
sebagai undang-undangnya. NII didukung oleh Hizbullah dan Sabilillah.Darul
Islam pada hakekatnya merupakan sebuah permasalahan yang muncul akibat golongan
extrim islam yang ada di negara ini. Latar belakang tokoh SMK sendiri Dilahirkan di Cepu 7 Januari 1905. Sekolah di NIAS (Nederlandsch
Indische Artsen School ) atau Sekolah Kedokteran Belanda. Sempat belajar
komunisme dari Marko Kartodikromo sehingga dia dikeluarkan dari NIAS. Belajar
Islam pada HOS. Cokroaminoto. Aktif di JIB, PSI, PSII & kemudian mendirikan
NII.
DI muncul karena kekecewaan sebagian umat
Islam terhadap Indonesia. ketika Indonesia vakum dari kekuasaan perjanjian
Renville. Misi yang dibentuk oleh Kartosuwirjo pada dasarnya baik khususnya bagi umat islam itu sendiri, ingin
membentuk negara islam, namun cara yang ia lakukan itu kurang tepat, mengingat
bukan hanya agama islam saja yang tumbuh dan berkembang di negara Indonesia.
Tak hanya itu saja terlalu banyak kekerasan yang dilakukan oleh DI untuk membentuk
negara Indonesia sebagai negara Islam.
.
DAFTAR PUSTAKA
Holk H. Dengel, Darul
Islam dan KartoSuwirjo. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Muhammad Nur, 2011. Negara Islam
Indonesia Yes Negara Islam Indonesia No. Yogyakarta:SUKA-Pers UIN Sunan
Kalijaga.
Ncc, Sejarah Berdirinya NII. blogspot.com. Jumat, 04 Pebruari 2013 22:39. Diakses pada 10 Januari 2014 pukul 07.48 WIB.
Bagus makalahnya lengkap dan jelas Makasih
ReplyDelete