BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Al-Qur’an
setidaknya mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai sumber ajaran dan bukti
kebenaran kerasulan Muhammad SAW terutama bagi mereka yang menentang dakwah-dakwahnya.
Bukti-bukti kebenaran tersebut dalam kajian ilmu-ilmu Al-Qur’an di sebut
mu’jizat atau i’jaz. i’jaz Al-Qur’an bermakna pengkokohan Al-Qur’an sebagai
sesuatu yang mampu melemahkan berbagai tantangan untuk penciptaan karya
sejenis.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian I’jaz Al-Qur’an?
2. Apa
aspek-aspek dalam i’jaz Al-Qur’an?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
I’jaz Al-Qur’an
Kata
mu’jizat sudah menjadi bagian dari khazanah bahasa indonesia. Sedang dalam
bahasa arab sendiri, digunakan istilah i’jaz al qur’an, atau mu’jizat al
qur’an. Dilihat dari sudut kebahasaan, kata mu’jizat merupakan salah satu
bentuk ubahan dari lafal i’jaz yang bermakna melemahkan. Dan i’jaz al qur’an
bermaknapengkokohan al qur’an sebagai sesuatu yang mampu melemahkan berbagai tantangan
untuk penciptaan karya sejenis. Dengan demikian al qur’an sebagai mukjizat bermakna
bahwa al qur’an merupakan sesuatu yang mampu melemahkan tantangan menciptakan
karya yang serupa dengannya.[1]
Menurut
syekh Az Zarqonie, mu’jizat adalah suatu luar biasa yang keluar dari batasan
hukum kausa yang telah lazim dikenal diciptakan allah melalui tangan penyeru
kenabian ketika menyeru kepadanya sebagi bukti atas kebenarannya.
Unsur-unsur
dalam mu’jizat antara lain :
1.
Sesuatu yang luar biasa.
2.
Terjadi atau dipaparkan yang mengaku
Nabi.
3.
Mengandung tantangan terhadap yang
meragukan.
4.
Tantangan tersebut tidak mampu atau
gagal diyakini.
B.
Aspek-aspek I’jaz Al-Qur’an
Kemu’jizatan
alqur’an terletakpadaa 3 hal yaitu[2]
1.
Kemu’jizataan alqur’an dari segi
kebahaasaan
Menghayati
keindahan, ketelitian serta kecermatan pembahasan Al-Qur’an tidaklah mudah,
terutama bagi bangsa kita yang pada umumnya kurang mempunyai apresiasi terhadap
sastra arab. Tetapi kemu’jizatan alqur’an justu dari segi kebahasaan, selain
isi dan ilustrasi-ilustrasinya.
2.
Keseimbangan dalam pemakaian kata
Abd
al-Razaq Naufal, menemukan setidaknya lima bentuk keseimbangan kosa kata dalam
Al-Qur’an, yaitu keseimbangan antara jumlah dengan antonimnya, keseimbangan
jumlah kata dengan sinonimnya, keseimbangan kata dengan yang menunjuk akibanya, keseimbangan jumlah kata
dengan penyebabnya, dan keseimbangan-keseimbangan khusus.
a.
Keseimbangan jumlah kata dengan
antonimnya.
b.
Keseimbangan jumlah kata dengan
sinonimnya.
c.
Keseimbangan jumlah antara suatu kata
dengan kata lain yang menunjuk pada akibatnya.
d.
Keseimbangan antara jumlah kata dengan
kata penyebabnya.
e.
Selain keseimbangan-keseimbangan diatas
terdapat keseimbangan-keseimbangan lain yang bersifat khusus, yaitu:
1)
Kata yawn (hari) dalam bentuk tunggal
ada sebayak 365, sesuai dengan jumlah hari dalam setahun.
2)
Kata-kata yang menunjuk pada utisan
tuhan yakni rasul, nabiy, basyir, nadzir, keseluruhannya berjumlah 518.
3.
Konsistensi pemakaiaan huruf yang
menjadi pembuka surah
Hasil
penelitian Rasyad Khalifah memperlihatkan keajaiban Al-Qur’an yang sekaligus
memperlihatkan otentisitasnya, yaitu kosistensi pemakaian huruf yang digunakan
sebagai pembuka surah. Dalam surah-surah yang dimulai dengan huruf, jumlah
huruf dalam surah itu selalu habis dibagi 19, yang merupakan jumlah huruf dalam
basmalah. Bahkan semua kata dalam Al-Qur’an yang terhimpun dalam basmalah juga
habis bila dibagi dengan 19.
4.
Keindahan susunan kata dan pola-pola
kalimatnya
Bagian-bagian
kebahasaan yang menjadi pusat perhatian adalah:
a.
Bentuk kalimat i’jaz
Yang
dimaksud i’jaz adalah menyederhanakan komposisi kalimat tanpa mengurangi arti.
Ini merupakan kekhasan kalimat-kalimat yang terdapat dalam Al-Qu’an yakni
ringkas-ringkas tapi bermakna luas. Peringkasan komposisi kalimat yang terdapat
dalam Al-Qur’an mengambil dua bentuk. Pertama, membuaang penggalan tertentu
agar terformulasikan dengan ringaan dan indah, dengan tidaak mengabaikan arti,
karena makna tersebut dapat dipahami dengan baik dari konteks kalimat secara
keseluruhan. Kedua dari peringkasan kalimat adalah penyederhanan redaksional
tanpa ada penggalan yaang terbuang.
b.
Bentuk-bentuk tasybih
Disamping
i’jaz, rumusan redaksi Al-Qur’an banyak menggunakan bentuk-bentuk tasybih yang
dalam ilmu balaghah biasa diartikan sebagai ungkapan yang memperlihatkan bahwa
sesuatu itu sama dengan sesuatu yang lain dalam satu atau beberapa sisi atau
sifat. Disamping itu, ada pula tasybih yang membuat sesuatu yang tidak dapat
dijangkau akal, degan mudah dapat dipahami. Subhi al-Shalih lebih jauh
menjelaskan bahwa pemakaian tasybih dalam Al-Qur’an adakalanya berbentuk
tasybih tunggal dan adakalanya tasybih ganda.
c.
Bentuk majaz
Dalam
ilmu balaghah, ma’jaz antara lain terbagi menjadi dua, yaitu majaz ‘aqli dan
majaz lughawi. Majaz ‘aqli adalah menyandarkan suatu perbuatan kepada sesuatu
yang lain, karena ada hubungan antara keduanya, dan ada faktor tertentu yang
menuntut pengalihan penyandaran tersebut. Sedangkan majaz lughwi adalah
penggunan lafal bukan pada makna yang sebenarnya, karena ada faktor-faktor tertentu
yang menghalangi penggunaanya.
5.
Kemu’jizatan dari segi pemberitaan
a.
Pemberitaan kisah-kisah masa lalu
Salah
satu kekuatan Al-Qur’an yang sekaligus sebagai mu’jizatnya adalah pemaparan
kisah-kisah lama yang sudah tidak hidup lagi dalam cerita-cerita rakyat Arab
saat itu, dan tidak mungkin akan ditemukan secara keseluruhan dalam
kajian-kajian kesejarahan. Kekuatan ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Hud:49
b.
Pemberitaan peristiwa-peristiwa yang
akan terjadi dimasa yang akan datang.
Disamping
mengangkat peristiwa-peristiwa silam lewat rngkaian kisah-kisah, Al-Qur’an juga
mengungkapkan peristiwa-peristwa yang akan terjadi, baik didunia maupun
diakhirat nanti. Peristiwa-peristiwa yang digambarkan Al-Qur’an akan terjadi,
beberapa telah terbukti dalam sejarah. Seperti firman allah dalam surat Al-Qamar:45
c.
Isyarat-isyarat keilmuan
Al-qur’an
juga memperlihatkan keistimewaannya melalui ilustrasi-ilustrasi ajarannya yang
memberi isyarat kearah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1)
Fisika
Al-Qur’an
bukan buku ilmu pengetahuan ataupun fisika. Namun sebagaimana dikemukakan diatas
dalam proses penyampaian ajarannya, Al-Qur’an mengungkapkan berbagai ilustrasi
tentang kehidupan alam, yang kemudian ditangkap para ilmuan sebagai isyarat
ilmu pengetahuan. Salah satu yang diungkapkan Al-Qur’an adalah proses kejadian
alam semesta, yang dalam ilmu pengetahuan modern termasuk dalam kajian disiplin
ilmu fisika.
Menurut
Ahmad Baiquni, Al-Qur’an memberi isyarat bagaimana proses awal alam ini
diciptakan. Syarat itu terlihat antara lain dalam surat al-Anbiya: 30.
Artinya : Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
2)
Biologi
Salah
satu tema penting dalam Al-Qur’an dan sekaligus menjadi suatu kekuatannya
adalah ungkapan Al-Qur’an tentang reproduksi manusia, yang dalam pembahasan
sains modern termasuk kedalam disiplin ilmu Biologi yang selanjutnya merupakan
dasar pengembangan ilmu kedokteran. Allah memulai dengan pernyataan bahwa
manusia adalah makhluk yang paling baik bentuknya, bagaimana diungkapkan dalam
surat al-Tin:4.
Artinya : sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
3)
Astronomi
Astronomi
merupakan salah satu tema penting Al-Qur’an. Cukup banyak ayat yang mengungkap
benda-benda ruang angkasa. Pernyataan penting Allah tentang benda-benda ruang
angkasa adalah bahwa Dia telah menunjukkan benda-benda langit dan ruang angkasa
serta benda-benda bumi untuk semua umat manusia. Pernyataan ini diungkapkanNya
dalam surat al-Jatsiyah:13.
Artinya : Dan Dia telah
menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai
rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.
4)
Kimia
Ilmu
Kimia merupakan bidang keilmuan yang sangat teknis dan terapan. Fungsinya,
tidak akan terjangkau oleh Al-Qur’an yang mengungkapkan ajaran universal;
berbeda dengan bidang-bidang keilmuan fisika, biologi dan astronomi, yang
merupakan gejala alam universal yang termasuk dalam kategori-kategori ilmu
murni.
Percampuran-pencampuran
kimiawi adalah sunatullah, hukum Allah untuk menghidupan alam semesta. Sebab
itu isyarat-isyarat ajaran Kimia juga diungkap al-Qur’an. Isyarat tersebut
dilihat dari firman Allah dalm surat al-Anbiya:30.
Artinya : Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?
5)
Geologi
Al-Qur’an
juga mengungkap isyarat tentang ilmu Geologi, yakni ilmu yang khusus berbicara
tentang lapisan bumi, baik lapisan dalam maupun kulit bumi. Di antara hal
memperoleh perhatian serius Al-Qur’an, dan merupakan bagian penting dalam
kajian Geologi adalah tentang gunung yang merupakan bagian penting dalam
keseimbangan gerak alam semesta. Al-Qur’an menyatakan secara eksplisit bahwa
gunung adalah pasak bumi, sebagaimana dikemukakan dalam surat al-Naba’:6-7.
Artinya : Bukankah Kami
telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung
sebagai pasak?
6)
Kesehatan
Salah
satu yang menjadi perhatian serius Al-Qur’an adalah pembinaan budaya hidup
sehat melalui pembinaan tradisi hidup bersih. Al-Qur’an memerintahkan kepada
setiap muslim yang hendak menghadap kepadaNya, dalam rangkaian peribadatan
mahdah untuk bersuci terlebih dahulu yakni berwudhu dengan membersihkan bebrapa
anggota badan yang paling sering kontak dengan alam dan kotoran-kotoran
polusinya, yaitu muka, tangan, kepala dan kaki. Al-Qur’an juga memerintahkan
untuk membiasakan baik ketika menghadap kepadaNya dalam ibadah sholat maupun
melakukan interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana di kemukakan
dalam QS. Al-Baqarah:173.
Artinya
: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah [108]. Tetapi
barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
7)
Ilmu Pertanian
Pembinaan
dan pengembangan kehidupan ekonomi melalui sektor pertanian belum menjadi
tradisi masih di kalangan masyarakat Arab pada zaman Nabi. Sebab itu, ayat-ayat
yang menyinggung soal pertanian banyak dikemukakan dalam bentuk khabariyah yang
secara implisit mengandung unsur seruan dan peringatan kepada umat islam agar
memanfaatkan hamparan bumi ini untuk menjadi lahan-lahan produktif, karena
sektor pertanian menjadi tulang punggung ekonomi rakyat. Peringatan tersebut
antara lain dinyatakan Allah dalam surah al-Hijr:19.
Artinya : Dan Kami
telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.
8)
Hidrologi
Air
merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan alam semesta ini, ternasuk
manusia. Pentingnya air bagi kehidupan alam diperlihatkan oleh Al-Qur’an dalam
berbagai konteks karena air merupakan sumber kehidupan.
9)
Demografi (kependudukan)
Reproduksi
manusia merupakan gejala natural, setiap manusia akan melakukannya sesuai pengalaman
kultural masyarakatnya. Sebab itu, ayat-ayat yang diturunkan bukan dalam bentuk
seruan awal tapi lebih bnyak menyentuh dimensi pengaturan, baik mengenai
tingkat kedewasaan yang tepat untuk mlakukan perkawinan, maupun perencanaan
kelahiran anak.
10)
Ekonomi dan Perdagangan
Usaha
ekonomi dan perdagangan sudah merupakan tradisi kehidupan masyarakat Arab.
Ketika jumlah komunitas muslim kian membesar, hubungan saling ketergantungan
juga semakin tinggi. Ayat-ayat ekonomi dan perdagangan dalam Al-Qur’an lebih
banyak bercorak pengaturan antara batas-batas yang dibenarkan dan yang tidak
dibenarkan. Salah satu prinsip yang dikemukakan dalam Al-Qur’an, pada surat
al-Baqarah: 275.
Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
11)
Psikologi
Psikologi
merupakan salah satu cabang ilmu yang memperoleh perhatian Al-Qur’an. Secara
empirik, ilmu jiwa dikembangkan untuk memberi bantuan kepada orang yang
mengalami gangguan kejiwaan. Al-Qur’an memberikan konsep bahwa orang yang
bertakwa kepada Allah akan senantiasa terhindar dari perasaan sedih dan
khawatir dalam hidupnya, karena jiwanya dipenuhi keyakinan akan karunia yang
diberikan Allah. Allah juga berfirman dalam surat al-Ra’du:28.
Artinya : (yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
12)
Sosiologi
Al-Qur’an
juga menekankan pentingnya menjalin hubungan baik dengan lingkungan sosial,
lebih luas daripada sekedar hubungan kekerabatan, sebagaimana dalam surat al-Imran:112.
Artinya : Mereka
diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang
demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi
tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
melampaui batas.
13)
Antropologi
Al-Qur’an
menyajikan cukup banyak informasi antropologis, karena kitab suci ini kaya
dengan kisah-kisah yang semakin terbukti kebenarannya, setelah studi intensif
baik melalui analisis arkeologis maupun filologis.
14)
Pengembangan Riset
Seiring
dengan isyarat-isyarat keilmuwan yang dikemukakannya, Al-Quran juga
mengungkapkan pentingnya kegiatan penelitian dan kajian ilmu pengetahuan.
Doktrin ini dikemukakan pada surah Al-Ghasyiyah: 17-20.
Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan
unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan
gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
15)
Ilmu Pendidikan
Sehubungan
dengan perlunya pengembangan ilmu, maka manusia sebagai potensi sumber daya
insani perlu pula dikembangkan kemampuan dan keilmuwannya, sehingga dapat
mengemban amanat untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi. Pendidikan adalah
proses pembentukan watak, keahlian dan kemampuan peserta didik secara optimal,
sehingga dapat mengambil peran dalam pengembangan kehidupan umat. Sebagaimana
dinyatakan dalam Q.S Al-Baqarah: 30
Artinya : Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
I’jaz al qur’an bermakna pengkokohan
al qur’an sebagai sesuatu yang mampu melemahkan berbagai tantangan untuk
penciptaan karya sejenis. Secara garis besar aspek-aspek dalam kemu’jizatan
Al-Qur’an adalah kemu’jizatan dari segi kebahasaan dan kemu’jizatan dari segi
pemberitaan. Membahas mengenai I’jaz Al-Qur’an membuat kita yang awam yang
tidak tahu bagaimna keindahan isi kandungan Al-Qur’an mengerti kemukjijatanya
dan dapat menambah kekuatan iman kita kepada Allah SWT. Dalam Al Qur’an banyak
sekali mukjizat dan kelebihan yang ada disetiap bacaan dan disetiap arti
kandungan.
Daftar Pustaka
Quraish
Shihab, dkk. Editor Azyumardi Azra. 2001. Sejarah
dan Ulum Qur’an. Pustaka Firdaus : Jakarta.
[1]
Quraish Shihab, dkk, editor Azyumardi Azra, Sejarah
dan Ulum Qur’an, (Pustaka Firdaus : Jakarta, 2001), hlm. 105.
[2]
Ibid, hlm.113.
No comments:
Post a Comment