Search This Blog

Friday, December 21, 2012

Modernisme



BAB I
PENDAHULUAN

Masyarakat atau manusia dewasa ini sedang mengalami apa yang disebut sebagai krisis kehidupan. Akar krisis ini menurut mereka yang punya “mata” kritis terhadap realitas, ada di dalam realitas kemoderenan, yang ironisnya dianggap sebagai karya manusia yang paling hebat. Manusia modern tidak pernah berpikir bahwa ia sesungguhnya adalah bagian dari alam (keseluruhan kosmos). Sebaliknya, ia menganggap dirinya sebagai entitas yang terpisah dari alam. Ia punya akal, yakni sebuah kemampuan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh makhluk lain manapun juga di modernis. Dengan akal ini manusia modern dapat bukti bahwa ia membuat banyak hal yang hebat didalam hidupnya. Ia bahkan menemukan modern-hukum alam dan kemudian dalam beberapa aspek modern ini memanipulasinya. Oleh karena itu manusia menjadi “sombong” dan menganggap diri lebih dari alam, dan ia merasa punya hak untuk menguasainya, dalam arti memakainya semata-mata demi kepentingan sendiri.
Berjuang demi kepentingan sendiri atau dengan kata lain penekanan pada individualitas yang modernis merupakan salah satu karakter utama modernis. Rene Descartes, dengan konsep “cogito ergo sum”-nya, demikian pun Francis Bacon ataupun Isaac Newton telah menggulirkan berbagai konsep dasar bagi sains modern, yang ujung-ujungnya menjadi penopang utama kecenderungan modernis mistic modern. Dibawah ini kami akan menguraikan tentang modernisme atau dunia modern yang kita alami pada masa-masa modern saat ini.

Rumusan Masalah:
  1. Penjelasan mengenai Modernisme itu sendiri
  2.  Perkembangannya



BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Modernisme
Modernisme secara etimologis berasal dari akar kata “modern” yang muncul dari kata “modernus” (latin) yang artinya “sekarang”.[1] Modernisme ialah konsep yang berhubungan dengan hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya di zaman modern.[2] Menurut Hassan Hanafi tulang punggung Modernisme ialah rasionalisme, kebebasan demokrasi, pencerahan, dan humanisme sebagai suatu konsep ideal yang kegunaannya tidak diragukan lagi. Analisisnya terhadap Barat, ia lebih memilih lingkungan Eropa, yang menjadi basis lokal bagi kekhasan peradaban Barat dan ia mengandung hakekat bangsa barbar dengan watak sensasional, materialistik, liar, dan rasial.[3] Secara historis menurut beberapa sumber, istilah muncul dalam konteks Kristiani Barat, sekitar akhir abad ke-19, yakni dipakai untuk menamai gerakan teolog Katholik yang menggulirkan pemikiran kritis dan skeptis terhadap dogma tradisional Kristen.[4]
Antony Giddens dipermulaan bukunya, The Consequences of Modernity, memaknai realitas kemoderenan (modernisme/modernitas) sebagai pola hidup sosial atau organisasi masyarakat/manusia, yang muncul di Eropa mulai dari sekitar abad ke-17 dan seterusnya, yang kemudian begitu mempengaruhi dunia. Lawrence Cahoone dalam buku The Dilemma of Modernity mengartikan realitas kemoderenan sebagai keseluruhan ide, prinsip, dan pola interaksi, yang muncul dari berbagai macam bidang, mulai dari filsafat hingga ekonomi yang menjadi dasar perkembangan masyarakat dan kultur Eropa Barat dan Tengah serta Amerika, sejak abad ke-14 hingga abad ke-20.[5]
  1. Perkembangan Modernisme
Berdasarkan studi tentang perkembangan pemikiran dan kultur masyarakat manusia, banyak ahli menarik kesimpulan bahwa secara historis gerakan kemoderenan pertama kali hadir secara eksplisit pada masa Renaisans dan pencerahan, yakni sekitar tahun 1500, dan dalam konteks dunia Barat yang Kristen. Bagi Descartes, pikiran adalah subjek, sementara materi adalah objek. Pemisahan antara pikiran dan materi ala Descartes ini, serta penekanannya pada superioritas ratio atas segala sesuatu, kemudian menjadikan dasar perkembangan filsafat modern ataupun pemikiran modern lainnya. Beberapa karakteristik dasar kemoderenan muncul dari konsep-konsep Descartes seperti: rasionalisme, individualisme, subjektivisme, kebenaran objektif, dan lain-lain. Ada perbedaan penting antara filsafat abad pertengahan dengan abad modern, perbedaan tersebut bukanlah dilihat dari segi dikotomi mundur dan maju seperti halnya pada dunia ilmu pengetahuan. Perbedaan keduanya lebih sering dilihat dari sudut ciri khasnya masing-masing.[6]
Banyak kaum inletektual setuju bahwa tahapan perkembangan pemikiran modern adalah dari masa lahirnya (Renaisans) hingga saat ini. Namun ada juga sebagian pemikir yang juga dengan tegas menyatakan bahwa periode kemoderenan telah berhenti di akhir abad ke-20. Menyangkut perkembangan kemoderenan ini, Lawrence E. Cahoone punya pandangan yang sedikit berbeda. Ia membagi perkembangan kemoderenan dalam dua tahap, yakni: kemoderenan awal yang berlangsung dari abad ke-16-19, kemoderenan akhir dari akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Secara historis, filsafat materialis yang menjadi ideologi dasar kemoderenan, kemudian berkembang memanifestasikan dirinya dalam berbagai tren intelektual modern, mulai dari rasionalisme (Descartes), empirisme (Inggris), kritisisme, idealisme, positivisme (Comte), materialisme, marxisme, idealisme, pragmatisme, eksistensialisme, hingga strukturalisme. Semua tren intelektual tersebut menyumbang pada kemajuan sains modern yang begitu pesat dan canggih, sehingga akhirnya paradigma saintifiklah yang menjadi paradigma utama kemoderenan.

  1. Modernisme seni di Eropa
Modernisme seni di Eropa telah dimulai sejak tahun 1800an. Pada era ini, ditemukan teori relatifitas, dimulainya industrialisasi serta ilmu pengetahuan sosial yang memancing gaya-gaya baru dalam bidang seni. Gebrakan-gebrakan dapat terlihat pada 15 tahun pertama abad ke-19. Bisa dilihat dari munculnya gaya lukisan abstrak ekspresionis pada tahun 1903 yang dipelopori oleh Wassily Kandinsky dan bangkitnya cubism pada tahun 1908 yang dipelopori Pablo Picasso dan Georges Braque. Di awal Perang Dunia ke I, tekanan dan ketidak nyamanan keadaan sosial yang terjadi seperti saat Revolusi Rusia, telah memunculkan pergerakan-pergerakan radikal dalam seni yang menolak kebiasaan-kebiasaan lama. Dimulai ketika Komposer ternama Rusia Igor Stravinsky pada tahun 1913 mencoba memunculkan pertunjukan yang menunjukan manusia yang menjadi korban, serta Pablo Picasso dan Paul Matisse yang menolak sistem perspektif  tradisional yang menjadi ciri khas lukisan terstruktur, hal seperti ini bahkan belum pernah dilakukan oleh para pelukis impresionis sekelas Cezanne sekalipun. Inilah yang mulai memperjelas apa yang sebenarnya diistilahkan sebagai “Modernisme”, yaitu penolakan serta pergerakan terhadap kesederhanaan gaya Realis dalam literature dan seni, serta mengubah totality dalam musik.[7]
Pada tahun 1920, Modernisme yang di era sebelum perang hanyalah sebuah efek minoritas mulai menegaskan dirinya sebagai hal yang dapat mengubah zaman. Modernisme di Eropa terlihat dalam pergerakan-pergerakan seni yang kritis seperti Dadaism dan selanjutnya dalam pergerakan kontruktivisme seperti Surealisme, seperti juga dalam pergerakan-pergerakan kecil seperti Bloomsburry Group (kelompok pelajar Bohemian di Inggris). Masing masing pergerakan ini menunjukan metode-metode baru untuk menghasilkan hasil yang baru. Gaya-gaya yang muncul, terutama Surealis, Cubis, Ekspresionisme, Fauvisme, Futurisme serta Leninisme secara cepat diadopsi ke daerah-daerah luar yang jauh dari daerah asalnya.
Yang cukup menonjol peranannya serta tidak dapat dilupakan ialah dua kelompok besar era Modernisme yang menggusung kuat seni Modern di Eropa dan belakangan diadopsi sampai ke Amerika, berbeda dengan gaya-gaya di atas yang lebih berkategori anti-seni, dua Kelompok ini lebih dikenal sebagai pengembang ide-ide baru yang berkaitan dengan seni, arsitektur, desain, dan pendidikan seni. Dua Kelompok ini ialah Bauhaus (Jerman) dan de Stijl (Belanda) Pada tahun 1930, Modernisme di Eropa telah memperoleh posisi penting baik dalam politik dan seni.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Modernisme itu merupakan konsep yang berhubungan dengan manusia dengan lingkungan sekitarnya di zaman modern ini. Ada pendapat mengenai modernisme dari para ahli diantaranya : Hassan Hanafi berpendapat bahwa yang menjadi tulang punggung Modernisme ialah rasionalisme, kebebasan demokrasi, pencerahan, dan humanisme sebagai suatu konsep ideal yang kegunaannya tidak diragukan lagi. Sedangkan menurut  Antony Giddens memaknai realitas kemoderenan sebagai pola hidup sosial atau organisasi masyarakat/manusia, yang muncul di Eropa mulai dari sekitar abad ke-17 dan seterusnya, yang kemudian begitu mempengaruhi dunia.
Berdasarkan studi tentang perkembangan pemikiran dan kultur masyarakat manusia, banyak ahli menarik kesimpulan bahwa secara historis gerakan kemoderenan pertama kali hadir secara eksplisit pada masa Renaisans dan pencerahan, yakni sekitar tahun 1500, dan dalam konteks dunia Barat yang Kristen.



Daftar Pustaka
Juhaya S Praja. 1997. Aliran-aliran Fisafat dan Etika. Yayasan Piara: Bandung.
Kazuo Shimogaki. 1997. Kiri Islam antara Modernisme dan Postmodernisme Kajian Kritis atas pemikiran Hassan Hanafi . Yogyakarta:  LKiS Yogyakarta.
Emanuel Wora. 2006. Perenialisme kritik atas Modernisme dan Postmodernisme. Yogyakarta: Kanisius.
Wikipedia. 2012. “Modernisme”. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Modernisme Diunduh Pada Tanggal 15 Desember 2012, pukul 09.21 WIB.



[1] Emanuel Wora, Perenialisme kritik atas Modernisme dan Postmodernisme (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hlm. 37
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Modernisme
[3] Kazuo Shimogaki, Kiri Islam antara Modernisme dan Postmodernisme Kajian Kritis atas pemikiran Hassan Hanafi (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 1997), hlm.59
4 Emanuel Wora, Perenialisme kritik atas Modernisme dan Postmodernisme (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hlm. 38
[5] Ibid, hlm. 38-39
[6] Juhaya S Praja, Aliran-aliran Fisafat dan Etika, ( Yayasan Piara: Bandung, 1997), hlm. 90
[7] http://id.wikipedia.org/wiki/Modernisme

SEJARAH MINORITAS MUSLIM DI MYANMAR



BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang Masalah
Myanmar yang dahulu dikenal dengan Burma secara geografis trletak di ekor anak benua India, disebelah barat berbatasan dengan Laut Andaman, sebelah utara dengan India, timur dengan China, dan selatan dengan Thailand. Luas wilayahnya adalah 678.000 km², dengan jumlah penduduk 45 juta.
Agama Islam sampai ke Myanmar dibawa oleh para pedagang Arab Muslim yang menetap di pantai Arakan. Kemudian di Arakan inilah nantinya berkembang menjadi negara muslim, dan disini akan berkembang pula orang-orang muslim yang nantinya disebut Muslim Rohingya.
Di Myanmar terdapat beberapa etnis yaitu : Burma, Karen, Chin, Kachin, Shan, dan Rohingya. Etnis Burma yang mayoritasnya adalah orang Budha nantinya akan mendominasi di Myanmar, karena di samping jumlah mereka yang lebih banyak daripada kelompok-kelompok etnis yang lain, kemudian menguasai berbagai bidang kehidupan di negara itu. Dan pada akhirnya, secara politis, mereka pun mendominasi.

B.                 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses masuknya Islam ke myanmar ?
2.      Bagaimana proses minoritas Muslim di Myanmar ?
3.      Bagaimana masalah yang dihadapi muslim di myanmar ?





BAB II
PEMBAHASAN

A.                Masuk dan Berkembanganya Islam di Myanmar
Negara Myanmar dulu dikenal dengan burma atau birma, sejak Juni 1989, secara resmi menukar nama negara dari Burma menjadi Myanmar.[1] Islam sampai ke Myanmar melalui para pedagang arab Muslim yang menetap di garis pantai selama abad pertama hijrah (ke-7 M) atau sesudahnya, pertama di atas pantai Arakan, dan kemudian ke selatan. Lebih belakangan, para pedagang India dan Malaysia telah efektif dalam menyebarkan Islam. Akhirnya, para pengungsi dari Yunan di abad sembilan belas menetap di bagian utara negeri itu.
Suatu negara Muslim didirikan di Arakan ketika Sultan Bengal yang Muslim Naseer-ud-Deen Mahmud Shah membantu Raja Sulayman Naramithla membangun negara Mrauku yang Muslim. Pemerintah Muslim berlangsung beberapa abad di Arakan dan meluas ke selatan sejauh Moulmein selama pemerintahan Sultan Salim Shah Razagri (1593-1612M). Bahasa Persia merupakan bahasa negara bagi negara Muslim Arakan. Ibukotanya Myohaung. Pada 1784 Burma yang pengikut Budha menaklukan negara muslim, dikuti antara 1824 dan 1826 oleh Inggris. Ketika Burma merdeka 1948, Arakan dimasukan didalamnya.[2]
Daerah Arakan luas seluruhnya 36.762 Km², dengan jumlah penduduk pada 1969 sebesar 1.847 orang. penduduk ini terbagi ke dalam dua komunitas keagamaan : Muslim (disebut Rohingya) dan Buddhis (disebut mogh).
Muslim di Myanmarpada Tahun 1990 tercatatmencapai654,000 (1.6%) kemudian di tahun 2010 diadakan survei muslim di Myanmar dan tercatat pada tahun itu mencapai 1,900,000 (3.8%), Muslim di Myanmar berkembang menjadi 1,246,000 selama kurun waktu 20 tahun, kemungkinan besar di prediksikan pada tahun 2030 muslim di Myanmar akan bertambah mencapai 2,233,000 (3.8%).[3]
Mayoritas terbesar adalah pengikut Sunni, tetapi mereka terbagi ke dalam tiga komunitas Muslim yang berbeda-beda. Pertama, Muslim Burma atau Zerbadee, merupakan komunitas yang paling lama berdiri dan berakar di wilayah Shwebo. Diperkirakan mereka merupakan keturunan dari para mubalig yang datang dari timur tengah dan Asia selatan serta penduduk muslim awal yang kemudian beranak pinak dengan masyarakat Burma. Kedua Muslim India, Imigran Keturunan India, merupakan komunitas muslim yang terbentuk seiring kolonisasi Burma oleh Inggris.Ketiga, Muslim Rohingya (Rakhine) bermukim di negara bagian Arakan atau Rahkine, yang berbatasan dengan Bangladesh.[4]

B.                 Terjadinya Minoritas di Myanmar
Secara umum ada empat kategori kaum muslim di Myanmar, yaitu Muslim India atau Kala Pathe, Muslim Myanmar atau Zerbadee, Muslim Melayu atau Pashu dan Muslim Cina atau Panthay.[5] Dilihat dari jumlahnya yang kuat hanyalah Muslim India dan Muslim Myanmar. Di bidang kebudayaan kaum Muslim Myanmar semakin lama semakin berbeda dari orang Myanmar yang beragama Budha.
Muslim Myanmar mengadopsi nama-nama Myanmar, meskipun mereka juga menggunakan nama Muslim yang dipakai di wilayah mereka dalam konteks tertentu. Secara politis, kaum Muslim Myanmar selalau memiliki  perasaan dan sikap positif terhadap negara dan siap mengedintifikasi diri mereka dengan kebanyakan rakyat Myanmar. Muslim India yang tinggal di Myanmar masih bersikap mendua dalam memainkan peran yang bisa dan harus mereka terima di Myanmar dan dengan demikian cenderung muncul sebagai kelompok yang kurang berakar dalam masyarakat politik Myanmar.
Terdapat sedikit spesialisasi di bidang ekonomi antar kaum muslim Myanmar dengan Muslim India. Walaupun keduannya banyak bergerak di bidang bisnis dan dagang, namun kaum Muslim Myanmar sebagian besar petani, hal ini sejalan dengan pola ekonomi nasional. Sementara itu kaum Muslim India di Myanmar lebih dikenal sebagai pedagang yang tangguh. Mungkin karena alasan inilah ketika sosialisme di terapkan secara kaku pada periode pasca 1962, kaum Muslim India lebih menderita dibanding dengan Kaum Muslim lainnya. Peranan mereka amat kuat di bidang ekonomi dihancurkan oleh penguasa soaialis yang melarang perdagangan bebas, membatasi arus perdagangan internasional dan menekan import.
Secara politisi akan tampak bahwa kaum muslim di Myanmar menikmati proteksi dan kebebasan yang besar selama periode demokrasi. Mereka tidak hanya mempunyai wakil yang cukup baik di pemerintahan namun juga merupakan elemen politik yang penting dalam kehidupan politik di Myanmar. Kudeta militer tahun 1962 yang disusul dengan sisitem politik yang didominasi militer, dibawah kepemimpinan BSPP, satu-satunya partai politik yang diakui, mencekik politik oposisi kaum Muslim dan mempersempit ruang partisipasimereka di bidang politik. Perbedaan di kalangan Muslim secara efektif digunakan untuk memecah belah kesatuan masyarakat Muslim, Organisasi seperti ICB bersikap jauh lebih simpatik pada BSPP dan pemerintahMyanmar.[6] Sementara yang lain, seperti Jamiatul Ulama bersikap mendua.
Dalam kasus tapal batas Arakan dengan Bangladesh, di mana kaum Muslim dominan, RNLF terus mengadakan perlawanan terhadap pemerintah Myanmar untuk mencapai tujuan mereka yaitu memisahkan diri dari Myanmar. KMNLF berkolaborasi dengan KNLA, juga menentang pemerintahan Myanmar dengan propaganda dan bergeriliya. Di sisi lain, juga terwakili di BSPP dan juga dalam pemerintahan meskipun tidak untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat Muslim melainkan lebih untuk kepentingan Partai dan Masyarakat Myanmar secara keseluruhan.

C.                 Problem Muslim di Myanmar
Saat ini komunitas Muslim di Myanmar sangat teraniaya. Usaha mereka telah dinasionalisasi, tanah mereka disita, sekolah mereka terkena de-Islamisasi. Mereka dilarang melaksanakan ibadah haji dan hubungan mereka dengan Dunia Muslim sangat dibatasi, bahkan mengamankan naskah-naskah Al Qur’an menjadi masalah.
Pukulan terberat penganiayaan orang-orang Burma jatuh pada Muslim Arakan. Usaha dari berbeda-beda pemerintah Burma terpusat pada pengurangan mayoritas mereka. Di wilayah ini pengusiran besar terhadap mereka dilaksanakan sejak 1942. Memang, sesudah keluarnya inggris pada 1942, gelombang kebencian terhadap Muslim membasahi wilayah Arakan dengan darah. Orang-orang muslim dibunuh secara massal dan dua ratus ribu lagi harus melarikan diri ke pakistan timur (sekarang Bangladesh), pakistan Barat dan bahkan Saudi Arabia, sedangkan sekitar delapan ribu Muslim meninggal. Namun aktivitas yang paling kriminal yang dipimpin oleh pemerintah dengan menggunakan tentaranya adalah apa yang disebut “Operasi Raja Dragon”yang dimulai pada Februari 1978. Pemerintah Rangoon memperkenalkan kartu identitas bangsa tetapi menolak memberikan kepada Muslim Rohingya. Sebagai gantinya mereka ditawari kartu pendaftaran orang asing, padahal kenyataan orang-orang Rohingya telah menjadi warga negara Arakan selama lebih dari seribu tahun.[7]
            Pada baru-baru ini terjadi lagi kerusuhan di Arakan adalah serangkaian konflik yang sedang berlangsung antara Rohingya Muslim dan etnis Rakhine di Myanmar. Penyebab langsung dari kerusuhan ini tidak jelas, dengan banyak komentar mengutip pembunuhan sepuluh Muslim Burma oleh etnis Rakhine setelah pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita Rakhine sebagai penyebab utama konflik ini. Lebih dari tiga ratus rumah dan sejumlah bangunan umum telah diratakan dengan tanah. Menurut Tun Khin, Presiden Burma Rohingya Organisasi Inggris (BROUK), 650 orang muslim Rohingya telah tewas, 1.200 hilang, dan lebih dari 80.000 telah mengungsi.
Menurut pihak berwenang di Myanmar, pemerintahan juga mengeluarkan data tetapi lebih sedikit dari data yang di keluarkan oleh BROUK,karena pemerintah menutupi konflik yang terjadi ini. Data pemerintah Myanmar : kekerasan yang terjadi antara umat Budha etnis Rakhine dengan Muslim Rohingya, meninggalkan 78 orang tewas, 87 luka-luka, dan ribuan rumah hancur. Hal ini juga menyebabkan lebih dari 52.000 orang mengungsi.[8]

D.                Tantangan Masa Depan Muslim di Myanmar
Tantangan Muslim kedepan yang dihadapinnya dapat dilihat dari konflik-konflik yang telah terjadi, yaitu diantaranya usaha untuk  menuntut mendapatkan otonomi dari pemerintah. Terfokus pada Muslim India di Myanmar yang paling mendapatkan siksa dari orang Budha/pemerintahan di Myanmar. Sehingga masalah perekonomian atau perdagangan Muslim India  yang mungkin masih dikuasai Pemerintah Myanmar dimasa yang akan datang dapat diselesaikan. Selain itu di bidang pendidikan, yaitu harapan akan adanya materi pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah negeri/pemerintahan/kerajaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya organisasi seperti RNLF, KMNLF dan KNLA diharapkan mampu mengatasi problem Muslim masa yang akan datang di Myanmar.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Muslim di Myanmar menjadi minoritas dari segi populasi, kependudukan, dan lain-lain. Penduduk ini terbagi ke dalam dua komunitas keagamaan : Muslim (disebut Rohingya) dan Buddhis (disebut mogh).Mayoritas terbesar adalah pengikut Sunni, tetapi mereka terbagi ke dalam tiga komunitas Muslim yang berbeda-beda.
Secara umum ada empat kategori kaum muslim di Myanmar, yaitu Muslim India atau Kala Pathe, Muslim Myanmar atau Zerbadee, Muslim Melayu atau Pashu dan Muslim Cina atau Panthay. Tantangan kedepan pun harus siap di hadapi oleh muslim Myanmar seperti perdagangan, perekonomian, dan pendidikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya organisasi seperti RNLF, KMNLF dan KNLA diharapkan mampu mengatasi problem Muslim masa yang akan datang di Myanmar.







  

  
  

Daftar Pustaka
Alan Coperman e.a. 2011. The Future OfThe Global Muslim Population: Projection for 2010-2030, Washington DC: Pew Research Centre.
M Ali Kettani. 2005. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saiful Muzani.1993. Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Saifullah.2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Tahir Amin. 2002. “Myanmar” dalam John L. Elposito.Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern. terj. vol V.Bandung: Mizan.
Wikipedia. 2012. “Burma”. Dalamhttp://en.wikipedia.org/wiki/Burma.Diunduh Pada Tanggal 18Desember 2012, pukul 15.21 WIB.



[1] Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 186.
[2]Ibid., hlm, 189 – 190. 
[3]Alan Coperman e.a, The Future Of The Global Muslim Population: Projection for 2010-2030, (Washington DC: Pew Research Centre, 2011), hlm, 158.
[4] Tahir Amin, “Myanmar” dalam John L. Elposito, Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern, terj, vol V, (Bandung: Mizan, 2002), hlm, 139.
[5]Saiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Pustaka LP3ES, 1993 ), hlm, 49.
[6]Ibid., hlm, 50.
[7]M Ali Kettani,Op Cit.,hlm, 206 – 207.
[8] http://en.wikipedia.org/wiki/Burma.